GANDRANG BULO SEBAGAI BAHAN AJAR SENI BUDAYA


Oleh

MASNAINI



ABSTRAK


Permasalahan penelitian berdasar dari pembelajaran terpadu cabang seni mata pelajaran Seni Budaya yang belum terlaksana, termasuk pengembangan pembelajaran seni tradisi daerah sebagai muatan kurikulum sekaligus sebagai wadah pewarisan belum diterapkan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Jadi, bahan ajar pembelajaran kreatif dan inovatif perlu disusun untuk memadukan cabang seni musik, tari dan teater. Penulis mengangkat Gandrang Bulo sebagai materi ajar. Seni pertunjukan tersebut dikembangkan sebagai bahan ajar untuk mengintegrasikan pembelajaran Seni Budaya.
Permasalahan penelitian, “Bagaimana karakteristik, model pengembangan, aplikasi, dan kelayakan produk akhir Gandrang Bulo sebagai bahan Ajar Seni Budaya di SMP Negeri 4 Sungguminasa? Metode penelitian adalah penelitian dan pengembangan. Landasannya teori pembelajaran dan antropologi.
Hasil temuan antara lain: (1) Karakteristik Gandrang Bulo yang mengintegrasikan unsur musik, tari, dan teater dapat kembangkan sebagai bahan ajar Seni Budaya di SMP; (2) Model Pengembangan Gandrang Bulo sebagai bahan ajar Seni Budaya dengan penyusunan draf buku, kemudian diuji coba setiap draf, direvisi menjadi buku, divalidasi sampai menghasilkan produk akhir bahan ajar; (3) Pengintegrasian cabang seni musik, tari dan teater efektif, karena semua siswa terlibat memainkan peran sesuai dengan bakat dan minatnya  melalui pendekatan pembelajaran kolaborasi dalam mengembangkan siswa yang cerdas, bertanggung jawab, dan partisipatif; (4) Berdasarkan masukan dari validator,  dihasilkan produk Gandrang Bulo sebagai bahan ajar Seni Budaya di SMP Negeri 4 Sungguminasa. Usulan kebijakan ditujukan kepada guru, Sekolah,  dan Dinas pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Gowa agar bahan ajar ini diaplikasikan. Bagi Puslitjaknov dan LPTK agar Gandrang Bulo dijadikan sebagai bahan ajar pembanding dengan seni tradisi lain yang ada di Indonesia.

Kata kunci: Gandrang Bulo, bahan ajar dan Seni Budaya.





ABSTRACT


The research problem based of integrated learning  of branch art subjects Culture Art that has not been implemented, including the development of traditional arts learning curriculum areas as well  containers of inheritance has not been applied in the implementation of the learning process. Thus, creative learning and teaching materials need to be prepared to integrate innovative branch of art music, dance and theater. The author raised Gandrang Bulo as teaching materials. Performing arts were developed as teaching materials to integrate the learning of Art and Culture.
Problems of research, "How characteristic, model development, application, and feasibility of the final product as an ingredient Gandrang Bulo Festive Culture in SMP Negeri 4 Sungguminasa? The method of research is the research and development. Fundamentals of learning theory and anthropology.
Findings include: (1) Characteristics of Gandrang Bulo that integrates elements of music, dance, and theater can be developed as teaching arts materials in SMP, (2) Model Development of Gandrang Bulo as teaching materials by preparation of a draft Cultural Art books, and then tested every draft, revised to a book, validated to produce the final product of teaching materials,  (3) integration of the branches of art music, dance and theater effective, because all students are involved play a role according to their talents and interests through collaborative learning approach in developing students who are intelligent, responsible accountable, and participatory; (4) Based on input from the validator, the resulting product as teaching materials Gandrang Bulo Cultural Arts in SMP Negeri 4 Sungguminasa.
Policy proposals aimed at teachers, schools, and the Department of Education, Youth, and Sports Gowa that teaching materials are applied. For Puslitjaknov and LPTK to be used Gandrang Bulo as teaching materials comparison with other traditional arts in Indonesia.

Key words: Gandrang Bulo, teaching materials and Cultural Arts.




 BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi kepekaan rasa, peningkatan apresiasi, dan pengembangan kreativitas. Struktur kurikulum pada tingkat satuan pendidikan kelompok mata pelajaran estetika, jenjang SMP/MTs mata pelajaran disebut Seni Budaya. Terkait dengan pembelajaran seni budaya, dalam Buku Saku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah Pertama (2009:12) dituliskan bahwa bidang seni yang dapat diajarkan pada mata pelajaran seni budaya minimal satu bidang seni (seni rupa, seni musik, seni tari, atau seni teater).
Kondisi pembelajaran seni yang memilah-milah cabang seni yang akan diajarkan mempengaruhi psikologi siswa. Siswa sebagai individu yang majemuk  mempunyai bakat dan minat seni yang berbeda sehingga dalam mengikuti pelajaran cabang seni tertentu terjadi kondisi belajar karena keterpaksaan saja. Padahal esensi pembelajaran seni pada pendidikan dasar termasuk Sekolah Menengah Pertama adalah menumbuhkankembangkan minat seni siswa dalam  pendidikan nilai etika dan estetika.
Dalam pendidikan seni budaya, aktivitas berkesenian harus memunculkan kekhasan tersebut yang termuat pada pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi, dan kreasi.  Proses belajar diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip, proses, dan teknik berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang beragam. Gandrang Bulo sebagai salah satu seni pertunjukan dan merupakan aset budaya di Kabupaten Gowa.
Keunikan Gandrang Bulo sebagai seni tradisi di  Kabupaten Gowa yang menggabungkan unsur tari, musik dan teater. Sebagai salah satu khasanah kebudayaan bangsa,  maka keberadaannya harus diketahui oleh generasi muda.  Gandrang Bulo belum pernah disentuh secara spesifik oleh guru di dalam pemberian materi pembelajaran Seni Budaya karena kemungkinan guru tidak paham bahwa Gandrang Bulo sebagai kekayaan budaya layak dijadikan materi pembelajaran terpadu seni budaya. Selain itu, guru belum memahami secara detail cara pertunjukannya kepada siswa.
Pembelajaran terpadu seni pertunjukan pada mata pelajaran Seni Budaya di sekolah belum terlaksana karena pemahaman guru tentang pengintegrasian tampaknya masih kurang artinya baru sampai memahami secara garis besar, belum memahami secara mendalam bahwa integrasi seni pertunjukan merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan seni musik, tari dan teater. Oleh karena itu, dipandang perlu dibuat bahan ajar pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka fokus penelitian adalah bagaimana: (1) karakteristik Gandrang Bulo yang dapat dikembangkan sebagai bahan ajar Seni Budaya?, (2) model pengembangan Gandrang Bulo sebagai bahan Ajar Seni Budaya di SMP Negeri 4 Sungguminasa?, (3) aplikasi pembelajaran Gandrang Bulo sebagai bahan Ajar Seni Budaya di SMP Negeri 4 Sungguminasa?, dan (5) kelayakan produk akhir Gandrang Bulo sebagai bahan Ajar Seni Budaya di SMP Negeri 4 Sungguminasa?

C.  Tujuan Penelitian
1.    Mendeskripsikan karakteristik Gandrang Bulo yang dapat dikembangkan sebagai bahan ajar Seni Budaya di SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa;
2.    Mendeskripsikan  model pengembangan draf Gandrang Bulo sebagai bahan Ajar Seni Budaya di SMP Negeri 4 Sungguminasa;
3.    Mendeskripsikan aplikasi model pembelajaran Gandrang Bulo sebagai bahan Ajar Seni Budaya di SMP Negeri 4 Sungguminasa;
4.    Mendeskripsikan kelayakan produk Gandrang Bulo sebagai bahan Ajar Seni Budaya di SMP Negeri 4 Sungguminasa

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Gandrang Bulo di Kabupaten Gowa
Indonesia kaya akan gaya dan bentuk seni pertunjukan. Keberagaman tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jumlah penduduk yang besar,  etnik, agama, dan pengaruh dari budaya luar. Soedarsono (2002:8-117) menggambarkan perkembangan seni pertunjukan Indonesia terdiri dari tujuh masa yaitu: 1) masa pra sejarah, 2) masa pengaru Hindu, 3) masa pengaruh Islam, 4) masa pengaruh Cina, 5) masa pengaruh barat, 6) masa kemerdekaan, 7) masa orde baru dan globalisasi.
Pada masa kekuasaan Jepang, rakyat diperas dan dipaksa bekerja. Jepang menggerakkan pekerja paksa yaitu Romusha. Mereka dipaksa bekerja di tengah hutan, di tebing, pantai, sungai untuk membuat lapangan terbang dan kubu-kubu pertahanan. (Abdul Irsan, 2009). Gandrang Bulo kesenian rakyat Sulawesi Selatan merupakan seni pertunjukan yang berkembang pada masa kolonialisme sebagai media propaganda kepada masyarakat untuk melawan penjajah. Gandrang Bulo salah satu aset yang mempunyai makna simbolik, fungsi dan sebagai  identitas kultural (kebudayaan) bagi masyarakat Gowa.
Soedarsono (2003) menguraikan bahwa James R. Brandon dalam bukunya berjudul Theatre in Southeas Asia menjelaskan, bahwa pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ketika negara-negara Eropa dan Amerika Serikat masih menguasai sebagian besar dari negara-negara di Asia Tenggara, para tokoh nasionalis kerap kali menggunakan seni pertunjukan sebagai media untuk membangkitkan semangat rakyat melawan penjajah. Mereka menginginkan sekali adanya dekolonisasi pada negaranya. Genre-genre seni pertunjukan yang banyak dimanfaatkan sebagai media propaganda.

B.  Model Pembelajaran Seni Budaya
Bruce Joyce dan Marsha Weil (1986:2) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk material-material pembelajaran termasuk buku-buku, film-film, pita kaset, dan program media computer, dan kurikulum..
Skenario model pembelajaran berupa serangkaian langkah-langkah yang khusus dalam pembelajaran yang akan diperankan secara konkrit oleh siswa dan guru dengan mengkondisikan lingkungan sekitar dan masyarakat serta tradisi lokal sebagai sebagai bahan ajar. Globalisasi menuntut Pendidikan Seni mengembangkan kompetensi yang meliputi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan watak atau karakter (disposition) yang multidimensional. BSNP (2007:1) menjelaskan bahwa pendidikan seni memiliki multilingual, multidimensional, dan multikultural.

C.  Bahan Ajar Seni Budaya
Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Depdiknas (2007) menjelaskan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Mengembangkan sensitivitas persepsi indriawi siswa melalui berbagai pengalaman kreatif berkesenian dengan menggunakan tradisi lokal sebagai bahan ajar pembelajaran seni akan menumbuhkembangkan kemampuan apresiasi seni siswa dalam konteks sejarah dan budaya sebagai sarana pembentukan sikap saling toleran dan demokratis dalam masyarakat yang pluralistik (majemuk). Menurut Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2006) bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Penyusunan bahan ajar perlu disesuaikan dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan karakteristik dan lingkungan sosial peserta didik. Depdiknas (2007) menguraikan bentuk bahan cetak seperti: hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, Audio Visual seperti: video/film,VCD, Audio seperti: radio, kaset, CD audio, Visual: foto, gambar, model/maket, Multi Media: CD interaktif, computer Based, Internet.
Seni Pertunjukan, diartikan sebagai kompak berkesenian siswa yang disajikan dalam bentuk pementasan. Bentuk tarian, nyanyian, dan dialog merupakan bagian utuh dari suatu pentas pertunjukan. Mengintegrasikan seni pertunjukan diperlukan untuk mengimbangi 2 jam pelajaran pembelajaran seni di sekolah sehingga memungkinkan siswa dapat memahami dan menentukan seni apa yang akan dikembangkan sesuai dengan bakat dan minatnya.
Menurut Koentjaraningrat (1990), setiap kebudayaan suku bangsa terdapat tujuh unsur kebudayaan yang disebut cultural universal, yaitu meliputi: (1) bahasa, (2) sistem pengetahuan, (3) organisasi sosial, (4) sistem peralatan hidup dan teknologi, (5) sistem mata pencaharian hidup, (6) sistem religi, dan (7) kesenian. Soedarsono (2002) mengemukakan bahwa secara garis besar pertunjukan memiliki tiga fungsi, yaitu (1) sebagai sarana ritual; (2) sebagai ungkapan pribadi yang pada umumnya berupa hiburan pribadi; dan (3) sebagai presentasi estetis. Berdasarkan kategori tersebut Gandrang Bulo pada masa kolonialisme berfungsi sebagai ungkapan pribadi berupa kegiatan menghibur diri karena penikmatnya adalah pelakunya sendiri.
Klasifikasi materi terdiri dari materi seni musik, tari dan teater. Masing cabang seni mempunyai peran dalam membentuk sikap dan mental siswa. Soetedja (2007:953-954) menguraikan bahwa seni musik difokuskan pada karya musik yang dikembangkan siswa dengan mengembangkan kemampuan untuk berfikir dan mengekspresikan diri mereka di dalam bunyi, memfokuskan pada kemampuan siswa menggunakan tarian sebagai suatu nilai estetika, memahami struktur gestur dan gerak untuk menangkap dan menyampaiakn gagasan, pencitraan dan perasaan dan seni drama memfokuskan pada pemahaman ekspresi dan komunikasi siswa tentang isu-isu kemanusiaan dan pengalaman melalui rekonstruksi kenyataan dan kemampuan membayangkan berbagai peristiwa.


BAB III
METODE PENELITIAN

1.    Pendekatan Kualitatif dan Metode Research and Development (R&D)
Pendekatan  yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Kelebihan dari pendekatan kualitatif menurut Alwasilah (2008:192) adanya fleksibilitas yang tinggi bagi peneliti ketika menentukan langkah-langkah penelitian. Metode yang akan digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Metode R&D digunakan karena yang akan diteliti adalah produk dari pengembangan Gandrang Bulo sebagai bahan ajar Seni Budaya. Untuk menghasilkan bahan ajar tersebut digunakan penelitian yang bersifat analisis kelayakan dan untuk menguji keefektifannya dalam proses pembelajaran. Sugiyono (2009:407) mengemukakan bahwa metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.
Studi pendahuluan berupaya memahami adanya masalah dan potensi terkait tema penelitian. Setelah potensi dan masalah dipaparkan, selanjutnya pengumpulan data untuk mengumpulkan informasi sebagai bahan yang dapat digunakan untuk merancang atau mendesain produk yang dapat mengatasi permasalahan yang dimaksud. Setelah desain produk dikembangkan dilanjutkan dengan validasi desain dengan meminta tanggapan dan masukan dari pihak yang berkompeten. Berdasarkan masukan validator, desain direvisi dilanjutkan dengan uji coba produk di lapangan. Dengan mempertimbangkan hasil uji coba lapangan dan analisis pengamatan, produk direvisi kemudian dibuat produk akhir.
Potensi dan Masalah
Pengumpulan Data
Produk akhir
 Bagan 3. 1: Desain Penelitian R&D

Desain Produk
Validasi Desain
Revisi
Desain
Ujicoba Produk
Revisi Produk

 

2.    Tahapan Penelitian
a.    Melakukan kajian pendahuluan untuk mengenal masalah
b.    Melakukan pengumpulan data
1)   Teknik pengumpulan data
a)    Observasi,
b)   Wawancara,
c)    Studi dokumentasi, dan
d)   Perekaman
2)   Instrumen pengumpulan data
a)    Pedoman observasi untuk mengamati  sejumlah alat-alat musik yang tersedia di sekolah dan sarana pendukung lainnya, dengan model daftar cocok (chek list),
b)   Pedoman wawancara kepada guru Seni Budaya dan seniman tentang Gandrang Bulo, dengan model pertanyaan berstruktur, dan
c)    Pedoman analisis untuk mengkaji bentuk pertunjukan Gandrang Bulo melalui model daftar karakteristik pertunjukan/klasifikasi Gandrang Bulo dan uraian hasil analisis.
c.    Melakukan analisis data
1)   Menulis memo,
2)   Koding,
3)   Kategorisasi,
4)   Kontekstualisasi,
5)   Pajangan Visual, dan
6)   Pengambilan kesimpulan
d.   Membuat desain produk
e.    Validasi desain
f.     Revisi desain
g.    Uji coba produk
h.    Revisi produk
i.      Pembuatan produk

 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Karakteristik Gandrang Bulo yang Dapat Dikembangkan sebagai Bahan Ajar Seni Budaya
1.    Konsep Kesenian Gandrang Bulo
Gandrang Bulo, kesenian rakyat yang menggabungkan unsur musik, tarian dan dialog kritis yang kocak. Perkembangannya terdiri dari dua fase. Fase pertama adalah Gandrang Bulo klasik sedangkan fase kedua pada tahun 1942 saat penjajahan Jepang disebut Gandrang Bulo 1942. Fase pertama sekedar tarian yang diiringi oleh gendang. Seiring dengan perjalanan waktu tarian ini mengalami perubahan yakni ada tambahan iringan begitu pula lagu-lagu jenaka, dialog-dialog humor namun sarat kritik dan ditambah gerak tubuh yang mengundang tawa.
Perkembangan fungsi Gandrang Bulo telah mengalami pergeseran sesuai dengan jaman dan masyarakat pendukungnya. Gandrang Bulo klasik pada masa Kerajaan Gowa berfungsi sebagai seni hiburan bagi masyarakat khususnya pengembala kerbau untuk bermain bersama teman-temannya  mengisi waktu di sela-sela kegiatan menjaga ternak. Gandrang Bulo Sebagai media penyadaran rakyat akan buruknya penjajahan berfungsi sebagai: Alat propaganda seniman melawan penjajah dan sarana hiburan bagi pribumi saat tiba waktu istirahat dari kerja paksa, biasanya dimainkan oleh para pekerja.

2.    Karakteristik Gandrang Bulo yang Dapat Dikembangkan Sebagai Bahan Ajar Seni Budaya
Karateristik Gandrang Bulo yang dapat dijadikan bahan ajar Seni Budaya di SMP Negeri 4 Sungguminasa antara lain: musik, pola lantai tari, ragam gerak, dan bentuk teaternya. Musik berupa penggunaan alat musik dan lagu daerah. Gandrang Bulo berupa tarian bambu yang dipadukan dengan alat musik bambu, gendang dan biola. Huda (2007) menjelaskan bahwa bentuk awal kesenian ini, sudah ada sejak jaman raja-raja Gowa, hanyalah tarian bambu hasil kombinasi alat musik bambu, gendang dan biola. Gandrang Bulo ini lazim disebut dengan Gandrang Bulo Ilolo gading, yang dinisbatkan pada salah satu perlengkapan musiknya yang terbuat dari bambu lolo gading (sejenis bambu tertentu).
Instrumen musik antara lain: Katto-katto,Gandrang caddi, dan Kecapi. Tempo musiknya cepat mengalun riang disertai lirik lagu khas Makassar mengiringi gerak tangan dan kaki pemain yang cepat dan rancak. Lagu-lagu terdiri dari lagu dolanan dalam syair bahasa Makassar. Nyanyian dipilih sesuai dengan tema pertunjukan, seperti Ma’ Rencong, Cincing Banca, Passikolaya, Gandrang Bulo, Toegi Bambu, Cincing Mandippo dan lain-lain. Pola tabuhan inti disebut Tunrung Gandrang Buloi.
Pola inti tari terdiri dari: a. Ragam gerak utama; Gerak Si kali-kali, gerak Tabe, gerak Berlutut, Ma ‘ Rencong-rencong, gerak Kondo-kondo. b. Pola lantai utama; Komposisi Tabe (penghormatan), Komposisi Tassimbung (berpencar), Komposisi Kondo-kondo (gerak lucu), Komposisi Ma’ Rencong-rencong (Bulan Sabit). Pola lantai Gandrang Bulo terdiri dari: a. Komposisi Tabe, b. Komposisi Tassimbung (berpencar), c.  Komposisi Kondo-kondo (gerak Lucu).
Gandrang Bulo termasuk kategori Teater komedi, para pemain tampil di panggung sambil melontarkan dialog segar nan kocak sesuai dengan tema pertunjukan. Kisah-kisah humor mereka bawakan, diselingi dengan celetukan kritis dan gerak tubuh yang lucu. Penontonpun merupakan bagian dari pertunjukan karena interaktif dengan pemain. Adegan yang berlangsung dapat langsung dikomentari. Permainan rakyat, menjadi pelengkap pertunjukan Gandrang Bulo. Komunikasi menggunakan bahasa daerah Makassar, namun kadang-kadang diselingi oleh bahasa Indonesia.
Namun, untuk kepentingan pembelajaran di sekolah karakteristik bentuk pertunjukan Gandrang Bulo dipilih dan dikembangkan sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan, perkembangan siswa terutama yang mengandung nilai-nilai moral atau pendidikan karakter.




3.    Aspek Pedagogik
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu didukung oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Siswa, komponen siswa terdiri dari motivasi, bakat, minat, intelegensi, sikap perasaan dan keadaan psikis serta fisik; (2) Penggunaan kurikulum; (3) Media  dan alat peraga pembelajaran,; (4) Sarana dan prasarana dan tak kalah pentingnya adalah guru.
Berdasarkan karakteristik Gandrang Bulo sebagai salah satu seni tradisi yang menggabungkan unsur musik, tari dan teater sangat berpotensi dikembangkan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran terpadu seni budaya.  Bahan ajar tersebut diterapkan dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual. Menurut Nurhadi (2004) pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Masa usia sekolah pendidikan dasar dan menengah merupakan masa remaja yang banyak menarik perhatian, dimana peserta didik memiliki sifat-sifat khas yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan kurikulum. Ruhimat (2009:28) menjelaskan bahwa pemahaman tentang perkembangan peserta didik sebagaimana yang diuraikan berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum, antara lain: 1) Setiap peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhannya; 2) Di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang wajib dipelajari setiap anak di  sekolah, juga disediakan pelajaran pilihan yang sesuai dengan minat anak; 3) Lembaga pendidikan hendaknya menyediakan bahan ajar baik yang bersifat kejuruan maupun akademik. Bagi anak yang berbakat di bidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya; 4) Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung aspek pengetahuan, nilai/sikap, dan keterampilan yang menggambarkan pribadi yang utuh lahir dan batin.
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka peneliti memilih model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa SMP kelas VII dan memberikan pengalaman nyata dalam berkarya seni. Pendekatan kontekstual yang diterapkan adalah: 1) Model pembelajaran terpadu (integratif Learning),dan 2) Model pembelajaran kolaborasi (Colaboratif Learning).

B.  Model Pengembangan Gandrang Bulo sebagai Bahan Ajar Seni Budaya
Bahan ajar Gandrang Bulo berupa draf buku dirancang untuk pembelajaran mata pelajaran Seni Budaya kelas VII. Depdiknas dalam sosialisasi KTSP (2007) menjelaskan bahwa bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar, sedangkan buku teks merupakan sumber informasi yang disusun dengan struktur dan urutan berdasar bidang ilmu tertentu.
Draf disusun dan dikemas disesuaikan dengan pedoman kegrafikaan penulisan buku teks dalam bentuk penyajian yang sederhana namun menarik melalui bahasa yang mudah dimengerti, jenis huruf, warna, illustrasi foto dan contoh pertunjukan berupa audio-visual. Demikian pula penyusunan bahan ajar disesuaikan dengan prinsip pengembangan bahan ajar. Depdiknas (2007) menjelaskan prinsip pengembangan bahan ajar antara lain: 1) Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak; 2) Pengulangan akan memperkuat pemahaman; 3) Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik; 4) Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar; 5) Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu; 6) Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus mencapai tujuan
Proses pembentukan bahan ajar ini diawali dengan studi pendahuluan melalui komunikasi yang tidak langsung dengan guru di SMP Negeri 4 Sungguminasa serta melibatkan dua orang alumni yang bergelut sebagai seniman Gandrang Bulo sebagai narasumber. Dari interaksi aktif dengan mereka sehingga bahan ajar dapat didesain. Model pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Konsep belajar ini fokus pada aktivitas siswa belajar secara bersama dalam kegiatan bermain musik, tari dan teater sebagai pemain dalam pembelajaran Gandrang Bulo. Pembelajaran kolaboratif berlangsung dan dikemas dengan kegiatan siswa berkolaborasi dengan siswa dan siswa dengan tamu model (alumni), serta kerjasama alumni, guru, dan peneliti.
Model pengembangan Gandrang Bulo seperti berikut:
1.      Menyusun alur analisis penyusunan bahan ajar yang terdiri dari: Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang relevan, tujuan pembelajaran, petunjuk mempelajari, materi terpilih, latihan dan pementasan sebagai evaluasi bahan ajar;
2.      Membuat draf buku Gandrang Bulo sebagai bahan ajar berdasarkan alur penyusunan yang telah ditetapkan. Draf terdiri dari tiga bab yakni: a) Gandrang  Bulo di Kabupaten Gowa, bab ini mendeskripsikan konteks pertunjukan seni di Kabupaten Gowa, pengertian, fungsi, perkembangan, bentuk, karakteristik, busana, panggung Gandrang Bulo; b) Mengenal Gandrang Bulo, bab yang menjelaskan tentang pertunjukan Gandrang Bulo, mengenal permainan rakyat, musik Gandrang Bulo, tari Gandrang Bulo, dan teater Gandrang Bulo; dan c). Ayo bermain Gandrang Bulo,  terdiri dari tahapan berlatih, penyajian, dan pementasan Gandrang Bulo;
3.      Penyajian draf per draf dalam pembelajaran yaitu aplikasi bahan ajar terdiri dari tiga tahap yakni: a) Tahap pertama, disajikan draf satu pada pertemuan pertama; b) Tahap dua, disajikan draf kedua sebanyak tiga kali pertemuan; dan c) Tahap tiga, penyajian draf ketiga sebanyak dua kali pertemuan;
4.      Merevisi buku, yaitu berdasarkan analisis pengamatan uji coba dan evaluasi pembelajaran, maka draf awal buku yang menyajikan konsep terlebih dulu sebelum praktek bermain direvisi menjadi siswa bermain sebelum belajar konsep Gandrang Bulo. Hasil revisi terdiri dari empat, terdiri dari: a) Ayo bermain Gandrang Bulo, berisi kegiatan antara lain: ayo belajar ekspresi gerak, kondo-kondo, ayo belajar instrumen Katto-katto, latihan pola lantai;  b) Ayo berekspresi Gandrang Bulo, kegiatan berlatih yang terdiri dari: latihan gerak dasar tari, memilih permainan rakyat., penyajian terdiri dari: eksplorasi pola lantai, latihan pertunjukan Gandrang Bulo; c) Ayo pentas Gandrang Bulo, pementasan  meliputi: pengorganisasian pementasan, persiapan pementasan, pelaksanaan pementasan, dan evaluasi pementasan;
5.      Validasi, penilaian atau tanggapan dari ahli, guru dan siswa terhadap bahan ajar yang telah disusun;
6.      Produk, berupa buku Gandrang Bulo sebagai bahan ajar Seni Budaya di SMP Negeri 4 Sungguminasa

C.  Aplikasi Pembelajaran Gandrang Bulo sebagai Bahan Ajar Seni Budaya
Aplikasi  pembelajaran Gandrang Bulo sebagai bahan ajar Seni Budaya,  peran  siswa  adalah  sebagai  subyek belajar  yang  memperoleh  pengalaman,  meniru  model  dan  sebagai  tutor  bagi temannya yang lain. Sementara guru berperan sebagai model, memberi balikan, memotivasi, menciptakan kondisi agar belajar berlangsung secara optimal.

D.  Kelayakan Produk Gandrang Bulo sebagai Bahan Ajar Seni Budaya
1.    Komentar Guru dan Siswa Setelah Uji Coba
Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa siswa setelah kegiatan pementasan pementasan. Siswa berlomba-lomba mengacungkan jari ketika diminta wawancara. Komentar lugu yang dilontarkan dengan bersemangat oleh beberapa siswa menunjukkan antusias siswa terhadap pembelajaran Gandrang Bulo. Perpaduan cabang seni musik, tari dan teater melalui pembelajaran yang terintegrasi dan dikembangkan secara interaktif serta rekreatif memberikan pengalaman berharga bagi siswa.
Tanggapan berikutnya oleh salah seorang guru Seni Budaya dan wakil kepala sekolah. Respons positif pihak sekolah terhadap kegiatan siswa selama penelitian berlangsung cukup positif. Kepedulian mereka memberikan masukan dan kemudahan serta memfasilitasi baik saat pengumpulan data, pelaksanaan uji coba sampai kegiatan pementasan selesai merupakan dukungan yang sangat berharga dalam kelancaran uji lapangan. Kerjasama peneliti dengan guru mitra dan tamu model dalam mengaplikasikan Gandrang Bulo sebagai bahan ajar Seni Budaya memberikan dinamika pembelajaran yang menyenangkan. Siswa terlihat lebih aktif, riang, dan kooperatif.
Guru mitra merasa memperoleh banyak manfaat dari penelitian ini. Komentarnya bahwa selama ini pembelajaran monoton dan konvensional, namun dengan kegiatan ini ada peningkatan dari segi keterlibatan serta partisipasi aktif siswa. Motivasi belajar siswa meningkat terlihat dari partisipasi siswa dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan melakukan penilaian terhadap pembelajaran.

2.    Kelayakan Produk Gandrang Bulo Sebagai Bahan Ajar Seni Budaya
Berdasarkan masukan dari ahli, guru dan siswa tersebut, maka setting latar belakang yang mengganggu atau tidak sesuai baik pada illustrasi, font size diubah maupun isi buku diperbaiki sesuai pedoman revisi penilaian buku, sedangkan masukan siswa tentang penggunaan warna yang berlebihan di dalam isi bahan ajar direvisi kembali dan disederhanakan. Adapun tanggapan dan masukan siswa tentang permainan rakyat yang ditampilkan seharusnya menggunakan foto asli. Permainan yang dilakukan oleh manusia berupa foto bukan berupa gambar atau lukisan tidak dapat diakomodasi karena foto permainan rakyat belum ada sumbernya. Sasaran utama dari penelitian ini Gandrang Bulo sebagai bahan ajar, adapun materi permainan hanya penambahan wawasan siswa dalam mengembangkan permainan dalam pertunjukan. Setelah melewati semua tahap penelitian, maka produk akhir Gandrang Bulo sebagai bahan ajar Seni Budaya di SMP Negeri 4 Sungguminasa telah dihasilkan.

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.   Kesimpulan
Karakteristik Gandrang Bulo yang mengintegrasikan unsur musik, tari, dan teater dapat kembangkan sebagai bahan ajar Seni Budaya di SMP. Nilai pendidikan seni yang ditawarkan tidak hanya dapat berlaku di masyarakat tetapi sebagai layanan pendidikan dasar yang berkualitas pada pendidikan formal.
Model Pengembangan Gandrang Bulo sebagai bahan ajar Seni Budaya disusun mulai dari produk awal, draf buku, kemudian diuji coba per draf, direvisi menjadi buku, dan divalidasi lagi sampai menghasilkan produk akhir bahan ajar Gandrang Bulo. Namun, bagi siswa yang baru mengenal Gandrang Bulo terlebih dahulu perlu dilakukan sosialisasi. Pengintegrasian cabang seni musik, tari dan teater dianggap efektif, karena memungkinkan semua siswa dapat terlibat memainkan peran sesuai dengan bakat dan minatnya. Dalam proses pembelajaran tidak ada lagi diskriminasi bagi siswa yang tidak mampu mengikuti cabang seni tertentu. Pembelajaran terintegrasi  memandang bahwa proses belajar benar-benar berlangsung hanya jika siswa dapat menemukan hubungan yang bermakna antara pemikiran yang abstrak dengan penerapan praktis dalam konteks dunia nyata.
Pendekatan pembelajaran kolaborasi merupakan wadah pembelajaran dalam mengembangkan siswa yang cerdas, bertanggung jawab, dan partisipatif. Melalui kegiatan tersebut siswa diasah kemampuan sosial dan kemandiriannya sebagai makhluk sosial. Menghargai perbedaan, bekerja sama, dan memiliki komitmen untuk mencapai tujuan bersama. Mengembangkan kemampuan sebagai siswa yang mandiri, percaya akan kemampuan diri, dan memiliki kebebasan untuk berkreasi dan berkarya. Dalam  konsep kerjasama siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Proses integrasi pembelajaran  mampu  merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil, kerjasama antar kelompok dan bekerja sama secara klasikal.
Berdasarkan masukan dari beberapa validator, maka dihasilkan produk Gandrang Bulo sebagai bahan ajar Seni Budaya di SMP Negeri 4 Sungguminasa (lihat lampiran produk). Seni tradisi ini relevan dan dapat difungsikan sebagai bahan ajar yang menyenangkan di sekolah sekaligus sebagai wadah pelestarian, diolah sesuai dengan jamannya dan dijadikan aset serta identitas daerah. 

B.  Rekomendasi
Dinas pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Gowa, penentu kebijakan pendidikan di daerah Gowa agar memikirkan pengembangan dan pelestarian seni tradisi daerah setempat sebagai potensi lokal. Pelestarian dan pewarisan nilai budaya lokal melalui inovasi pembelajaran seni tradisi daerah setempat di sekolah, maka hendaknya dibarengi dengan ketersediaan perangkat kurikulum yang tepat, peningkatan kelengkapan fasilitas pembelajaran, pendidikan dan pelatihan guru. Bagi peneliti, hendaknya Gandrang Bulo dan seni tradisi lainnya sebagai aset daerah dikembangkan melalui penelitian dalam upaya pengembangan dan pelestarian seni tradisi tersebut.
Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai pengelola dan pencetak guru Seni Budaya di perguruan tinggi hendaknya mengoptimalkan lulusannya sebagai pendidik sekaligus pemikir kebudayaan. Mengembangkan kegiatan penelitian dan pengembangan berbagai inovasi model pembelajaran Seni Budaya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Di samping itu, melibatkan sekolah dan guru dalam kegiatan penelitian tindakan kelas (classroom action research), dan bagi Program Studi Pendidikan Seni Universitas Pendidikan Indonesia, dapat dijadikan sebagai bahan ajar pembanding dengan seni tradisi lain yang ada di Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah,  A. C. (2009). Pokoknya Kualitatif. Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.
Amir, R. (2006). Musik Tradisional Pakacaping Etnis Makassar di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan Eksistensi dan Perkembangannya. [online]. Tersedia:http://74.125.153.132/search?q=cache%3AXa2RMwGRUhAJ% Aeprints.ums.ac.id%2F697%2F1%2F2.AMIR_R.pdf +SEJARAH+MUSIK+TRADISONAL+gowa&hl=id&gl=id. (4 Maret 2010)
Depdiknas 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Dirjen Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdiknas 2009. Buku Saku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Pengembangan Bahan Ajar dan Media. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Diknas. (….). Standar  Kompetensi  Nasional  Bidang  Keahlian  Tari  Sulawesi. [Online]. Tersedia: http://media.diknas.go.id/media/ document/2957.pdf. (16 April 2010).
Huda, M. N. (2007). Gandrang Bulo Kritik Kocak Seniman Rakyat[Online]. Tersedia: http://nurulhuda.wordpress.com/2007/07/06/ gandrang-bulo-kritik-kocak-seniman-rakyat/Gandrang Bulo, Kritik Kocak Seniman Rakyat. (18 Maret 2010)
Huda, M. N. (2007). Gandrang Bulo 1942[Online]. Tersedia: http://nurulhuda.wordpress.com/2007/07/06/gandrang-bulo-1942/.  (18 Maret 2010)
Hanafiah. N, dan Suhana. C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung. Refika Aditama.
Irsan, A. (2009). Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah. [Online]. Tersedia:http://webcache.googleusercontent.com/search? q=cache:2NVI2EHRN7oJ:araydia.weebly.com/uploads/2/8/3/1/2831542/perjuangan_bangsa_indonesia_melawan_penjajah.rtf+PERJUANGAN_BANGSA_INDONESIA_MELAWAN_PENJAJAH&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id. (20 Mei 2010)
Joice. B., weil. M., Calhoun. E. (2009). Models of Teaching Model-model Pengajaran. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
John, P, A, S. (2006). Psychology of Music. Finding and making meaning: young children as musical collaborators. [Online]. Tersedia:  http://www.sagepublications.com. (29 september 2010).
Johnson, D. W., Johnson, R. T., Holubec, E. J. (2010). Colaborative Learning Strategi Pembelajaran untuk Sukses Bersama. Bandung. Nusamedia.
Limpo, S. Y., Culla, A. S., & Tika, Z. (1995). Profil Sejarah Budaya dan Pariwisata Gowa. Gowa. Pemda Tingkat II Gowa Kerjasama Yayasan Eksponen 1966 Gowa.
Nurhadi, Yasin. B, dan Gerrand. A.S. (2004).  Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang.
Ruhimat. T, dan Alinawati. (2009). Prinsip-Prinsip Pembelajaran. Kurikulum & Pembelajaran. Bandung. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Sanjaya. W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.
Sukarya. Z. S (2007). Pendidikan Seni. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung. Pedagogiana Press.
Sachari, A. (2002). Estetika Makna, Simbol dan Daya. Bandung. ITB.
Soedarsono, R. M. (2003). Seni Pertunjukan dari Perspektif Politik, Sosial, dan Ekonomi. Jogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Soeharjo, A. J. (2005). Pendidikan Seni dari Konsep sampai Program.  Malang. Balai Kajian dan Desain Jurusan Pendidikan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Sutton, R. A. (1995). Perfoming Arts and Ccultural Politics in South Sulawesi. [Online]. Tersedia:http://www.kitlv-journals.nl/index. php/btlv/article/ view/1736/2497. (15 April 2010)
Tika, Z., Syam, M. R., & Rosdiana, Z. (2006).  Profil Raja-Raja Gowa. Gowa. Perusahaan Daerah “Karya” Gowa.
Tim Peneliti Balitbang Diknas. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif Untuk Pendidikan Dasar. Makalah.  Jakarta. Departemen  Pendidikan Nasional Balitbang Puslitjaknov.

 BIODATA PENULIS
            NAMA                                               :  MASNAINI. S.Pd.
            (lengkap dengan Gelar*)

JENIS KELAMIN                             : L/P **)

JUDUL MAKALAH                         :  GANDRANG BULO SEBAGAI 
                                                               BAHAN AJAR SENI BUDAYA                 

            INSTANSI                                         :  UPI
                                                                          
            JABATAN                                          :  MAHASISWA PASCASARJANA

            ALAMAT PERSURATAN               : JL GEGERKALONG GIRANG NO 118 A  

            e-mail                                                  :  masnainibudiman@gmail.com
    

            No. Telp./Fax.                                     :   

HP                                                       :   082115444544



No comments:

Post a Comment