Waktu-waktu terakhir ini, setiap bincang-bincang dengan kawan guru, hampir serentak keluhan mereka adalah
tentang bandelnya siswa sekarang ini. Menurut sebagian besar mereka
siswa sekarang ini luar biasa bandelnya dan sukar diatur. Dan mereka
pada umumnya menyalahkan undang-undang perlindungan anak, yang membuat
siswa dan orang tua tidak lagi menghargai guru. Dikerasi sedikit saja
lapor polisi.
Sebenarnya
dari dulu, tidak adapun undang-undang perlindungan anak, banyak juga
siswa yang bandel. Tapi itulah dinamika dalam mendidik. Begitulah sifat
alami siswa dengan berbagai polah tingkah laku. Dan bagi guru sejatinya
inilah adalah salah satu yang dihadapi dalam mendidik. Sebagai guru kita tidak bisa menghindarinya, harus kita hadapi. Tidak pernah ada dalam satu angkatan itu siswa baik semuanya.
Namun,
adakah caranya agar siswa menyukai kita sehingga mereka sayang dan
patuh pada kita. Seorang anak muda, Mahendra yang mengaku bukan ahli
pendidikan menulis di Kompasiana 9 tip agar disukai siswa. Namun karena
tulisan ini cukup panjang maka dijadikan dua bagian. Mari kita simak bagian pertama:
1.Prinsip Pergaulan
Dengan memberikan rangsangan yang menyenangkan, orang lain akan senang bergaul dengan Anda.
Contoh fakta, seorang guru sedang senang dan kelihatan di wajahnya
senang, demikian itu menularkan rasa senangnya ke lingkungan (siswa),
dan Anda cenderung lebih menyukai mereka.
Sebaliknyaketika
guru tersebut batuk dengan frekuensi batuk yang tergolong sering—pun
menularkan rasa tidak suka ke siswanya, dan Anda cenderung tidak
menyukai mereka. Itu sering saya alami kalau saya sedang mengidap gejala
flu ketika mengajar.
Jadi
berikanlah rangsangan yang menyenangkan ketika suasana hati siswa
sedang baik. Perasaan itu akan dia tularkan kepada Anda, selanjutnya dia
akan memandang Anda baik. Dengan kata lain dia menyukai Anda.
2.Sering Berinteraksi dengan Siswa
Semakin sering Anda berinteraksi dengan seseorang, semakin dia menyukai Anda. Suatu hari saya sedang galau,
untuk mengesampingkan perasaan itu saya harus berbuat sesuatu yang
mengurangi uang saya, maka saya mengajak seorang siswa makan roti, saya
minum susu, dia minum minuman suplemen. Sambil ngobrol tentang
kelulusan UN dan membantunya membayangkan bahwa ia sedang kuliah
meskipun dia masih dalam tahap menunggu hasil tes seleksi. Kadang kami
ingin rekreasi, kami sholat di masjid yang berbeda-beda. Dan masih
banyak lagi contohnya, bahwa semua itu menunjukkan keseringan bergaul
dengannya.
Semakin
sering muncul, semakin positif tanggapan terhadapnya (asalkan reaksi
awalnya tidak negatif).Keseringan penampakan bisa dengan sendirinya
meningkatkan perolehan suara. Di kampus,Anda akan merasakan bahwa mereka
yang sering muncul di hadapan mahasiswa lah yang umumnya mendapat suara
terbanyak dalam pemilihan presiden mahasiswa.
Pemikiran
baru akan muncul, apabila kita dalami. Bahwa jika ingin orang tidak
menyukai Anda, Anda hanya perlu mengurangi interaksi dengannya. Dia
menjadi tidak tertarik dengan Anda.
3.Saling Menyukai
Kita cenderung menyukai orang-orang yang menyukai kita.
Ketika kita mengetahui bahwa seseorang memandang kita baik, kita secara
alam bawah sadar terdorong untuk menggambarkan orang itu menyenangkan.
Saya mencobanya, di hadapan siswa-siswa dengan jujur saya katakan “saya
bahagia hari ini bertemu kalian.” Saat itu memang saya senang, berbeda
ketika awal-awal mengajar masih terbebani dengan penguasaan
materi , belum lancar komunikasi, takut salah sampai, sehingga tidak
terpikir untuk mengatakan “saya bahagia hari ini bertemu kalian.” Kalau
pun saya katakan saya bahagia hari ini bertemu kalian, itu nyata tidak
ikhlas dan jujur. Jadi ketika saya hilangkan beban tersebut barulah saya
benar-benar kelihatan bahagia terhadap siswa.
Jika
Anda benar-benar ingin disukai siswa, Anda harus menyukainya terlebih
dahulu. Anda lebih hebat darinya hanya karena Anda lebih dahulu memulai
menyukainya.
4.Persamaan
Saya menyadari, tapi setelah peristiwa itu telah lama terjadi. Memang benar, kita sebenarnya lebih menyukai orang-orang yang punya kesamaan (satu minat, satu hobi, atau satu pemikiran) dengan kita. Ke cenderungan kebersamaanlah yang menghasilkan rasa saling suka. Saya katakan itu cenderung iya, bukan sesuatu yang pasti.
Maka
saya bicara tentang catur kepada orang yang sama-sama menyukai catur,
bicara tentang sepak bola kepada siiswa yang sama-sama menyukai
sepakbola, bicara makanaan yang enak kepada siswa yang saya dan dia
sama-sama menyukai makanan yang lezat. Ketika Anda bicara dengan siswa,
bicarakanlah sesuatu yang sama-sama Anda dan dia sukai.
Prinsip
ini pula yang dimiliki para pendiri negara Indonesia yang berkomitmen
terhadap Pancasila sebagai dasar negara. Para tokoh sebanyak 62 orang
perwakilan Indonesia dan 7 orang perwakilan Jepang dalam BPUPKI yang
bertugas membahas dasar negara pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945.
Dan masih banyak lagi contoh bahwa itu menunjukkan ‘kawan seperjuangan.’
Kesadaran bahwa “dia memahami saya” –lah yang menyulutkan perasaan
suka, itu karena memiliki pengalaman yang sama. Sekali lagi dia adalah
kawan seperjuangan.
(Bersambung ke bagian 2)
Note:
Gambar diambil dari google
No comments:
Post a Comment