Tidak Selamanya Berpikir Positif itu Baik


 

Berpikir positif. Harus, untuk menimbulkan semangat dan motivasi dalam menghadapi hidup kita harus berpikir positif sehingga kita punya harapan dan motivasi yang tetap semangat. Namun dalam situasi tertentu ada yang berpikir positf itu kita sampingkan dulu. Kalau kita baca sejarah  perang dunia ke-2 tentara sekutu berhasil merebut pantai Normandia Perancis karena tentara Jerman yang mempertahankannya terlalu percaya diri sehingga mereka yakin akan memukul mundur pasukan sekutu.



Jadi ada kondisi tertentu berpikir positif malah menjadi boomerang yang akan merugikan diri sendiri. Seorang penulis artikel di IDN TIMES, Ridha Tiara Motik menjelaskan ada lima kondisi yang membuat berpikir positif bukan solusi yang baik. Apa itu, simak uraian berikut :

1. Menyangkal perasaan yang sebenarnya



Siapa pun tahu jika memiliki pandangan dan pemikiran yang positif pada apa pun merupakan hal yang baik. Ini dikarenakan beberapa orang yakin bahwa tidak peduli seberapa sulit situasi yang dihadapi, orang harus tetap memiliki pola pikir yang positif. Pada kenyataannya hidup tidak selalu positif dan berjalan dengan baik. 

Sebagai manusia tentu kita selalu berhadapan dengan emosi dan berbagai pengalaman yang menyakitkan. Walaupun emosi-emosi yang ada begitu tidak menyenangkan, penting untuk tetap dirasakan dan ditangani secara jujur.

Saat kita menghadapi masa-masa sulit seperti berhadapan dengan masalah keuangan, kehilangan pekerjaan, atau kehilangan orang yang dicintai; sangat wajar untuk merasa stres dan tertekan.

Dibandingkan hanya berusaha untuk berpikir positif, sebaiknya fokuslah pada langkah-langkah yang dapat membantu memperbaiki situasi yang kita hadapi.

 2. Mengabaikan bahaya yang nyata



Saat berada dalam sebuah hubungan yang toxic, mungkin beberapa orang selalu berusaha untuk berpikir positif bahwa suatu saat pasangan mereka akan berubah menjadi lebih baik dan mereka akan memaafkan kesalahannya.

Alih-alih berusaha untuk mempertahankan hubungan, justru keadaan seperti ini seringkali menjerumuskan seseorang pada pengalaman yang lebih tidak menyenangkan, seperti kekerasan dan penindasan. 

Kepositifan memang baik dalam kondisi tertentu. Tapi dalam beberapa kasus dan kondisi darurat, ini bisa berbahaya bagi kita. Menerapkan kepositifan di dalam hubungan yang sehat dan situasi yang baik tentu sangat bermanfaat. Tapi upaya ini juga dapat memicu penyangkalan emosi negatif dan menghambat seseorang untuk menjadi realistis.

3. Bukan sekadar optimisme



Meskipun bersikap optimis tetaplah hal yang penting, tapi jangan jadikan optimisme sebagai satu-satunya cara saat menghadapi sebuah kondisi yang krisis.

Ini bukan juga berarti bahwa kita harus benar-benar menderita. Hanya saja di balik segala sesuatu yang kita hadapi, baik di dalam kondisi yang bahagia hingga kondisi yang menyedihkan sekalipun, hidup akan tetap berpotensi memiliki makna. Pada gilirannya secara kreatif kita sebagai manusia akan mengubah aspek negatif kehidupan menjadi sesuatu yang positif. 

Dengan kata lain, kita akan selalu belajar melakukan yang terbaik di kondisi apa pun seperti mengubah penderitaan menjadi sebuah pencapaian dan rasa bersalah yang mampu mengubah diri menjadi lebih baik. 

4. Kehilangan informasi



Sebagai contoh jika kita takut dengan anjing, saat melihat seekor anjing di trotoar yang akan kita lewati, kita tentu menganggap anjing tersebut sebagai ancaman potensial. Setelah kita mengidentifikasi emosi, kita kemudian memutuskan harus melewati jalan lain atau menghadapi anjing tersebut.

Emosi yang kita rasakan telah banyak membantu kita untuk memahami banyak hal. Menerima emosi dan tidak menghindarinya tidak membuat kita kehilangan informasi yang berharga. Emosi memberikan informasi berupa gambaran tentang apa yang terjadi, tapi emosi tidak memberi tahu apa yang sebaiknya kita lakukan atau bagaimana reaksi kita.

 5. Semua ada hikmahnya



Kita tentu selalu berharap agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan dewasa dari waktu ke waktu. Terlepas dari berbagai hal yang dihadapi, jika kita mampu menemukan hikmah atau makna di baliknya, kita dapat bergerak maju. 

Saat kita menghadapi situasi yang begitu berat mungkin terasa seperti tidak mungkin atau hampir tidak terbayangkan bahwa sesuatu yang baik mungkin akan datang. Akan tetapi, setelah mengidentifikasi emosi yang kita alami dan menentukan langkah yang akan kita ambil, harapan memungkinkan kita untuk menyeimbangkan hal-hal buruk yang terjadi saat ini dengan kemungkinan bahwa kita dapat mengambil hikmah atau makna dari sebuah kondisi yang krisis sekali pun.



Meskipun sangat berharga untuk melihat segala sesuatu dari sisi positifnya dan menemukan hikmah dari semua pengalaman yang kita hadapi, penting juga untuk menerima dan mengakui segala emosi, terlebih lagi saat emosi begitu tidak menyenangkan.

Memperhatikan dan memproses emosi yang silih berganti membantu kita untuk memahami diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. 

Catatan :

1. Sumber tulisan https://www.idntimes.com/life/inspiration/tiara-motik/mengapa-tetap-berpikir-positif-bukanlah-solusi-terbaik-c1c2/5

2. Beberapa gambar diambil dari google.

No comments:

Post a Comment