Showing posts with label Catatan singkat. Show all posts
Showing posts with label Catatan singkat. Show all posts

BUMI BULAT ATAU DATAR


Bumi ini bentuknya bulat atau datar? Mulai dari sekolah dasar kita belajar dari  guru-guru   dan buku-buku yang kita baca mengatakan bahwa bumi ini bulat. Kalau di sekolah guru kita menjelaskan lengkap dengan bukti-buktinya. Selama puluhan tahun bahkan mungkin ratusan tahun orang sudah percaya bahwa bumi ini bulat dan tidak ada pula terdengar orang mempermasalahkannya.
Galile Galileo


Namun hari-hari terakhir ini banyak yang mengatakan bahwa selama ini kita salah. Bumi itu bukan bulat tapi datar. Berarti guru kita dan juga buku yang kita baca selama ini salah, entahlah. Kasihan juga  Galile Galileo yang sudah mempertaruhkan nyawanya pada pengadilan gereja Itali tahun 1633 karena mempertahankan pendapatnya bahwa bumi ini bulat
 
Memang waktu itu orang sependapat dengan Aristoteles maupun keyakinan gereja yang menyatakan bumi ini datar. Namun setelah itu pendapat itu berobah, ilmuwan dan kalangan agama  juga sepakat bahwa dunia ini bulat. Setelah itu orang  tidak lagi mempermasalahkannya. Semua setuju bahwa bumi ini bulat, tidakada lagi yang menggugat atau mendebatnya. Masing-masing orang lebih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing dari pada memikirkan bumi ini bulat atau pun datar

Namun baru-baru ini banyak lagi yang mempermasalahkan bentuk bumi ini. Kembali  lagi ke tahun sebelum 1633. Entah siapa yang memulai, mereka bilang Bumi ini tidak jadi bulat tapi datar.  Diantara mereka ada beberapa orang yang  berusaha meyakinkan saya. Berbagai dalih dan argument diajukannya. 

Saya bukan tidak setuju dengan mereka. Hanya saja menurut nalar saya, kalau bumi  ini datar tentu ada unjung atau pinggirnya.  Sebagai orang pecinta traveling saya ingin melihat pinggir dunia itu. Nah dimana letak pinggir dunia itu? Karena bumi ini luas, tentu pinggirnya sangat panjang.  Negara-negara apa saja yang letaknya di pinggir dunia?  Manakah pinggir dunia yang paling dekat dengan Negara kita Indonesia? Namun jawaban yang saya terima tidak ada yang jelas, selalu mengambang. Nah bagi pembaca yang tahu dimana lokasi pinggir dunia yang paling dekat dengan Indonesia tolong beritahu saya. Saya ingin berlibur kesana, pada liburan setelah lebaran ini. Saya akan ambil foto-fotonya nanti biar orang lain tahu pula bahwa dunia ini ada ujung dan pinggirnya, kalau perlu nanti kita kordinir paket wisata ke pinggir dunia, asyik juga bukan?

CHARLIE HEBDO DAN STRATEGI PEMASARAN

Tahun 80-an ketika film layar lebar masih berjaya, ada film Indonesia yang dibintangi artis terkenal mendapat sorotan dari masyarakat karena dianggap menayangkan adengan sex yang vulgar. Karena sorotan ini film ini terpaksa tayangannya di bioskop-bioskop maupun di misbar  (gerimis bubar) ditunda.
Namun setelah film itu di bolehkan untuk diputar, apa yang terjadi. Film ini betul-betul full house. Baik bioskop maupun misbar penuh sesak oleh penonton. Di Pekanbaru saja ada satu bioskop yang memutar film itu satu minggu penuh dengan penonton yang membludak. Kesimpulannya, karena disorot tidak senonoh, maka publik ingin melihatnya. Meskipun penonton banyak yang kecewa, “tidak ada apa-apanya”
Inilah yang terjadi dengan koran  humor Perancis Charlie Hebdo. Koran yang sudah terbit mulai 1970 ini adalah koran humor biasa-biasa saja. oplahnya juga biasa-biasa saja ditengah persaingan media cetak yang keras. Dan kualitas kartunnya juga tidak istimewa. Boleh dikatakan mingguan yang tidak begitu dilirik.
Pada 2006, mingguan ini  menerbitkan kartun Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya gambar ini pernah diterbitkan di Denmark dan memicu protes dari umat Islam seluruh dunia. Nah disinilah mulai koran ini menemukan strateginya. Dengan menuai protes umat islam seluruh dunia oplahnya naik sangat drastis. Yang semula oplahnya paling tinggi hanya 55 ribu menjadi sampai jutaan. Dan ini mencapai puncaknya ketika majalah ini pernah membuat berang umat islam dengan lagi-lagi menjadikan nabi Muhammad sebagai bahan kartunya.  Kantornya di serang dan  di bom(Tidak ada korban).Karena kekerasan ini Oplahnya menembus 5,5 juta. Fantastis. Bayangkan berapa keuntungan mereka. Jadi makin banyak yang marak oplah makin naik.
Mereka bukan hanya mengolok-olok kan umat islam, tapi juga agama lain. Namun ini tidak menaikkan oplah. Sebab umat non islam tidak sesensitif umat islam. Lagi pula di Eropa banyak yang islamfobia. Dan ini pasar yang potensial. Maka jadilah umat islam yang menjadi bahan kartun mereka.
Kartun terakhir mereka yang mengolok-olokkan umat islam adalah gambar angota ISIS yang sedang memenggal nabi Muhammad. Kali ini yang mereka terima tidak hanya protes dan kecaman, tapi penyerangan yang berbuah kematian bagi petinggi-petinggi koran itu. Kalau masih terbit  setelah kejadian  maut ini, mungkin oplahnya tembus sepuluh jutaan. Suatu strategi pemasaran yang sangat jitu. Dan mereka menuai simpati seluruh Eropa.Sekitar satu juta orang turun ke jalan kota Paris memberikan simpati, mengutuk terorisme.
Tidak etis memang, mencari keuntungan dengan merusak hati  umat islam. Semoga saja di akhirat sana mereka  dapat memikirkan strategi pemasaran  yang lebih jitu dan tidak melukai perasaan sekelompok orang.

BU GURU YOLA, DAN KENANGAN WAKTU BARU MENJADI GURU


Sebagai guru baru yang baru tamat pendidikan kadangkala kita mempunyai idealis yang tinggi bahwa dengan ilmu yang kita miliki kita akan bisa menyelesaikan masalah-masalah yang muncul dikala kita mulai berkecimpung secara lansung menghadapi siswa dengan berbagai tingkah polahnya


Namun setelah beberapa saat berkutat dengan masalah yang dihadapi, akhirnya kita menyadari bahwa masalah yang dihadapi sebagai guru  tidak semudah yang kita duga, malah jangankan menyelesaikan masalah, namun justru kita yang menimbulkan masalah baru. Inilah yang dialami oleh ibu guru cantik “ Yola” dalam sinetron Dunia Terbalik yang di perankan oleh artis cantik Anjani Dina dan ditayangkan oleh RCTI pukul 20.00 setiap malam.
Ibu Yola berusaha mengubah prilaku Jeniver anak Pak Idoi yang lamban berpikir yang memperlihatkan  gejala meniru bapaknya yang lamban dalam berpikir itu  agar berkembang menjadi dirinya sendiri yang cerdas. Sayang jangkan berhasil malah Jeniver berbalik membencinya dan menuduh bahwa ibu Yola ingin memisahkan dia dengan Bapaknya. Dan sialnya lagi Jeniver tidak mau lagi sekolah karena benci dengan gurunya ini. Inilah yang membuat sang guru muda kecewa dan merasa gagal serta  ingin berhenti menjadi guru. Cerita dalam sinetron ini terjadi di sebuah desa yang hampir semua ibu-ibu di sana menjadi TKW sehingga yang berperanan menggantikan ibu mengurus anak dan rumah tangga adalah para suami. Inilah yang dikatakan dunia terbalik.
Melihat tayangan sinetron ini mengingatkan saya lagi ketika pertama kali jadi guru di SMA. Ketika itu saya baru sekitar 4 tahun tamat SMA karena tamatan D III pendidikan. Jadi selisih umur dengan siswa tidak terlalu jauh. Banyak masalah-masalah yang diluar dugaan yang muncul ketika berintegrasi dengan murid. Kita ingin akrab dan pengertian dengan murid, namun ini rupanya tidak baik bagi sebagian siswa. Sikap kita yang penuh pengertian dan toleran melahirkan beberapa siswa yang punya kesempatan untuk melanggar aturan dan disiplin. Sebaliknya dengan bersikap keras meenimbulkan konflik dengan sejumlah siswa. Inilah yang dihadapi beberapa saat. Demikian juga dengan masalah belajar siswa. Banyak siswa bermasalah  dan tidak termotivasi sedikitpun dengan belajar sehingga hasilnya tidak seperti yang kita harapkan


Namun dengan berjalannya waktu, susah dan senang menghadapi berbagai rintangan namun mau tak mau lagu harus   maju tak gentar. Atau bahasa kereanya, “ whatever happen the show must go on”. Akhirnya dengan tekat ini, satu-satu persatu permasalahan bisa diatasi. Secaraberansur kita sudah bisa melihat perbedaan perbedaan individu diantara siswa. Ada siswa yang bisa diajak untuk  berkarab ria. Ada pula siswa yang kita harus menjaga jarak jangan terlalu akrab, karena kalau kita akrab dia berpotensi meruntuhkan wibawa kita. Ada siswa yang harus dihadapi dengan lemah lembut dan ada pula kita harus dengan sedikit keras . Yang memusingkan lagi  siswa-siswa yang bergaya preman dan petentengan. Pada kelompok ini kita harus tunjukkan bahwa kita tidak  takut pada mereka. Kita harus bisa mendekati mereka kadangkala dengan sedikit keras (gertak) sehingga memungkinkan kita duduk bersama secara informal bisa di kantin atau di mana saja. Dan nantinya kalau sudah bisa diajak berdialog,  pada akhirnya nanti siswa yang petentangan ini berobah menjadi siswa yang penurut mau diatur.  Malah banyak dari kalangan mereka ini yang akhirnya bisa diakrabi dan bisa juga berlaku sebagai teman.
Demikian juga pada hasil belajar. Setelah berapa lama jadi guru akhirnya kita bisa membedakan mana siswa yang bisa dioptimalkan untuk mencamai nilai maksimal dan mana pula siswa yang hanya untuk sekdar melewati angka minimal. Pada pokok bahasan tertentu ada siswa yang tidak akan bisa menguasainya walaupun kita sudah berusaha sebaik mungkin. Makanya tidak semua indikator siswa harus bisa menguasainya.
Makin lama menjadi guru kita makin mengenal anak dan makin mudah kita untuk memilihkan solusi dari masalah mereka. Memang banyak ilmu-ilmu menghadapi masalah anak yang tidak kita dapati dibangku kuliah, namun  kita temui sendiri seiring dengan bertambah lamanya kita menjadi guru. Maka saya menganjurkan kepada kawan-kawan guru, setiap mereka menyelesaikan suatu masalah hendaknya menuliskan dalam bentuk jurnal atau pun best practice ataupun Penelitian Tindakan Kelas.
Memang kata pepatah, pengalaman adalah guru yang sangat berharga, namun untuk mendapatkan solusi dari pengalaman membutuhkan waktu yang lama dan mengalami pahit getir kehidupan. Tapi solusi yang ditemukan setelah bertahun-tahun pengalaman itu bisa dibaca dalam satu jam kalau kita tuliskan. Sehingga guru-guru baru tidak mulai lagi dengan Trial and error seperti yang dilami oleh pendahulu mereka.

SKRIPSI . . . OH . . .OH . . . SKRIPSI


Menyedihkan, dan tragis, pada hari pendidikan Nasional, seharusnya insan pendidikan bergembira merayakan dan memperingati hari pendidikan, namun dinodai dengan kejadian tragis, seorang dosen tewas tragis dibunuh oleh mahasiswanya. Persoalan, katanya masalah skripsi.
Skripsi, tugas yang paling tidak menyenangkan ketika kuliah S1. Dan rasanya sangat  tidak pantas, tugas yang  angka kreditnya  hanya 6 tapi menyelesaikannya bisa setahun, atau dua tahun, yang  lebih fatal lagi membuat mahasiswa gagal menyelesaikan kuliahnya, sehingga kredit semester yang sudah dikumpulkan bertahun-tahun dengan susah payah dengan jerih payah orang tua yang membanting tulang untuk membiayainya menjadi sia-sia.
Saya masih ingat ketika S1 dulu. Proses penyelesaian skripsi sungguh menjengkelkan dan membuat frustasi. Bukan karena sukar menulisnya, tapi lebih  banyak masalah berhubungan dengan dosen. Kawan-kawan satu lighting dengan saya ketika itu lebih banyak yang mundur, dan memilih jalur SKS saja, dari pada mengambil jalur skripsi. Namun sebagai seorang mahasiswa dan sekaligus seorang guru, kurang sreg juga rasanya tamat S1 tanpa skripsi. Namun rupanya, tantangan yang dihadapi sungguh menyakitkan dan mengesalkan.
Waktu itu pemimbing skripsi 3 orang, pembimbing 1, pembimbing 2 dan pembimbing 3. Pembimbing 2 dan 3 saya tidak ada masalah semuanya lancar-lancar saja. Yang bermasalah saya pembimbing 1. Dan ia nampaknya sangat dominan. Tidak akan pernah saya lupakan, saya mengantar proposal malam hari kerumahnya dengan seorang teman yang juga guru. Kami masuk kepekarangan rumahnya dengan sambutan gegap gempita gonggongan anjing. Ngeri juga memarkir kenderaan roda dua sambil diiringi anjing yang selalu menyalak satu meter dari kita dengan mata. Menuju ke teras rumah sang dosen dengan terus diikuti gonggongan anjing dan rasa siap untuk menggigit. Dengan diterangi lampu teras rumahnya yang temaram mengetuk pintu. Sejenak dari dalam rumah sang dosen menyingkap gorden kemudian ditutup kembali, berarti ia telah mengetahui kedatangan kami. Menunggulah kami dalam temaram malam dalam sepi sambil mengusir nyamuk-nyamuk yang tidak ada pengertian. Anjing-anjing telah mengundurkan diri, mungkin sudah capek menggongong.
Hampir satu jam kemudian pintu rumah baru di buka, sang dosen menongolkan wajahnya sambil berkata ketus, “Saya tidak ada waktu terima tamu malam ini”. Kemudian  bergerak untuk kembali menutup pintu. Namun kawan saya yang kebetulan orang Sunda, pernah menjadi guru teladan nasional dan sangat terkenal sopannya, cepat membungkuk, sambil berkata” Maaf Pak, kami kemari bukan untuk bertamu, hanya mengantarkan proposal penelitian saja, itupun kalau Bapak berkenan untuk menerimanya”
Mungkin melihat begitu sopannya kawan ini, hatinya tergerak juga. Tanpa senyum ia berkata, “Mana?”
Segera kami serahkan proposal kami, kemudian pintu kembali tertutup. Mulailah penantian yang tidak menentu, sebulan, dua bulan hampir tiga bulan baru ada beritanya. Penuh coretan-coretan yang sangat sukar dimengerti maksudnya. Dan setiap diperbaiki memakan waktu berbulan-bulan baru diperiksa. Setelah diperiksa salah terus… salah terus.. tanpa tahu dimana salahnya. Akhirnya saya frustasi, dengan pembimbing 2 dan 3 sudah ACC sampai BAB V, sedangkan dosen yang satu itu BAB I saja belum clear. Kalau diteruskan mungkin bisa DO saya karena kehabisan waktu. Saya hanya bisa mengadu ke pada YANG DIATAS. Tiap malam saya sempatkan tahajut, memmohon bantuanNYA. Nekat saja Skripsi saya itu saya jilid rapi untuk didaftarkan ujian akhir. Tiga hari menjelang waktu ujian saya datangi dia dengan membawa 5 eksemplar skripsi yang sudah dijilid rapi dan sudah di OK kan oleh pembimbing 2 dan 3. Saya temui dia di rungannya. Menengok skripsi yang sudah terjilid rapi maka meledaklah ia,”Ini apa-apaan, ini sudah selesai dan saya belum ada ACC satu BAB pun”
Dengan gemetar dan suara yang saya usahakan sesopan mungkin saya jelaskan tenggang waktu perkuliahan saya hampir habis, dan jadwa ujian akhir 3 hari lagi. Dengan mengeram dia berkata marah” ITU TIDAK URUSAN SAYA”.  Ia segera berdiri dan meninggalkan ruangannya. Dan saya berdiri mematung dengan baju basah kuyup karena keringat. Bingung sedih putus asa…..
Ajaib, inilah mungkin hasil tahajut saya, tidak lama kemudian  ketika saya termenung putus asa di perpustakaan dia datang mencari saya. Kali ini sangat ramah dan memakai bahasa daerah, “ Ma skripsi tadi”
Sedikit heran saya serahkan semua, dengan cepat ditandatanganinya semua. Kemudian ia memandang tersenyum kepada saya,  “ALAH SANANG HATI ANG” (Sudah senang hati kamu) Oh betapa bahagianya saya saat itu, doa saya dijabah oleh yang maha kuasa.
Pengalaman pahit ini tidak hanya saya saja yng mengalaminya, ini juga dialami oleh teman-teman yang kebetulan waktu itu sudah menjadi dosen. Banyak dari mereka terkenal sebagai mahasiswa yang cerdas. Namun sama dengan saya banyak yang hampir pingsan  menghadapi dosen yang satu ini. Dan bincang-bincang dengan teman guru lain, rupanya diperguruan tinggi lainnya banyak mahasiswa mengalami perlakuan tidak manusiawi ini.
Ketika menyusun Thesis untuk S2 tidak serumit menulis skripsi. Pembimbing ada 2. Pembimbing 1 Professor, Pembimbimbing 2 Doktor. Sistem mereka berbeda. Thesis tidak dibawanya pulang. Untuk konsultasi perjanjian dulu melalui telpon. Dan keduanya sangat ramah, sehingga untuk bertemu konsultasi tidak perlu stress.
Thesis kita di periksa sambil konsultasi dengan kita. Pembimbing 2 sangat ketat, setiap paragraph di diskusikan dengan serius, sehingga apa yang harus ada setiap BAB itu jelas. Dan ini nantinya menjadi modal bagi saya dalam melatih kawan-kawan guru dalam menulis KTI. Rinci sekali, bagaimana menemukan masalah, bagaimana dari masalah menjadi judul. BAB I latar belakang, apa yang harus ditulis pada paragraph pertama dan seterusnya. Setiap BAB itu jelas sekali apa yang harus ditulis. Sehingga dalam melatih kawan-kawan guru saya menjadi percaya diri.  Untuk membantu teman-teman saya menyediakan blog khusus tentang karya ilmiah “ Menulis bersama aswir. Blogspot.com”
Namun bukan semua mahasiswa S2 yang lancar seperti saya ceritakan itu.  Seorang teman yang tidak satu jurusan dengan; dan dia juga dikenal sebagai seorang ustad juga bermasalah dengan dosen pembimbingnya. Setiap datang, selalu dimarahi, tidak ada yang diperbuatnya yang betul, padahal menurut kawan tersebut sang pembimbing belum membacanya tapi sudah menyalahkan saja, sehingga sampai puncaknya teman ini meledak dan mengejar dosen itu dengan pecahan kaca. Untung banyak yang melerai.  Karena kasus ini ia kena skorsing, namun setelah masalah skorsingnya habis dia diizinkan untuk melanjutkan thesisnya dan pembimbing yang bermasalah dengannya itu diganti.
Sampai sekarang saya selalu terpikir kenapa ada dosen yang begitu gemar mempersulit masiswa seperti itu. Saya yakin kalau dosen pembimbing skripsi dan thesis seperti 2 orang pembimbing thesis saya, tidak aka nada mahasiswa yang gagal kuliahnya hanya karena tugas akhir itu. Tentu saja ini hanya berlaku untuk mahasiswa yang serius tidak yang memang pemalas.
Saya melihat, kadangkala yang ditulis mahasiswa S1 bukan lagi skripsi tapi sudah Thesis yang sebenarnya bukan lagi untuk mahasiswa S1.  Dan penjelasan apa yang harus ditulis  tidak pula jelas.


Saya berharap semoga tidak ada lagi mahasiswa mengalami nasib jelek  seperti yang saya alami ketika membuat skripsi itu. Semoga para dosen melaksanakan tugasnya dengan tulus membantu mahasiswa, dan memberi penjelasan apa yang seharusnya mereka buat, bukan hanya dengan kalimat standar, “Belajar…belajar, baca… baca! Semoga tidak ada lagi yang gagal karena hanya menulis skripsi yang dulu hanya 6 kredit SKS, apalagi sampai ada korban nyawa seperti di Sumut itu. Mudah-mudahan.

PR ....OH ....PR


Beberapa minggu yang lalu kita dikejutkan oleh berita yang membuat kita miris, sedih atau juga prihatin. Seorang siswi SMP tewas, ketika sedang menjalani hukuman berlari sepuluh keliling lapangan basket. Namun baru dua putaran, sang siswi jatuh  pingsan dan akhirnya meninggal. Siswi itu dihukum karena tidak mengerjakan PR. Dan berita lainnya seorang siswa diinjak punggungnya oleh guru karena juga tidak membuat PR.
Ketika berita-berita itu muncul di Media masa dan media sosial, saya sengaja tidak ikut-ikutan berkomentar, apa lagi ikut pula hujat menghujat atau memojok kan salah satu pihak. Karena bagaimanapun, ini kecelakaan. Bagi keluarga siswa ini kecelakaan yang memilukan, kehilangan buah hati yang mereka sayangi. Bagi guru ini juga suatu malapetaka. Saya yakin seyakin-yakinnya, guru itu pasti jauh dilubuk hatinya tidak terpikir untuk mencelakakan muridnya. Bagaimana pun ia pasti menyayangi muridnya. Yang ada waktu itu adalah kejengkelan, atas ketidak patuhan dan ketidak disiplin siswanya. Saya yakin tujuan utamanya adalah membuat murid jera, sehingga lain kali akan mengerjakan apa yang diperintahkannhya. Namun yang terjadi pasti diluar perkiraannya, seorang siswi tewas. Menyedihkan, dan sang guru terkena jerat hukum.
Namun kemudian muncul pertanyaan, apakah PR itu wajib? Tidak ada permendikbud yang mengatur tentang PR. Namun sebenarnya PR penting untuk penguatan. Jam tatap muka dikelas mungkin tidak cukup membuat siswa benar-benar menguasai materi pembelajaran. Namun pertanyaan lagi, apakah setiap habis satu mata pelajaran harus di kasi PR?
Dalam satu pelatihan saya pernah memeriksa RPP yang dibuat guru. Hampir semua guru menuliskan dalam kegiatan akhir, memberi PR. Kalau begini, bila dalam satu hari itu ada 4 mata pelajaran, berarti ada 4 PR yang harus dikerjakan siswa. Berarti siswa setelah pulang sekolah tak sempat untuk istirahat, dia harus berkutat dengan PR. Dan ini kita lihat dalam kehidupan seorang anak sekolah sehari-hari, terlalu banyak PR yang diberikan sekolah. Kadangkala, sudah diluar kemampuan anak. Karena waktu yang digunakan untuk mengerjakan satu PR kadangkala melebihi 2 jam(120 menit)

Alangkah baiknya ada kesepakatan, bahwa sehari hanya ada sekitar 2 mata pelajaran yang ada PRnya. Dan untuk ini memang perlu kordinasi sesama guru, kasihan murid kita. Belum lagi waktu memeriksanya bagi guru. Dan kenyataan banyak pula hasil kerja anak yang menghabiskan energi itu, namun  tidak diperiksa. Semoga lain  kali kita tidak mendengar lagi tragedi karena PR.

PENDONGENG


Seorang penggosip bercerita tentang orang lain
Pembual bercerita tentang dirinya
Sedangkan Pendongeng menceritakan imajinasinya
Waktu saya sekolah SMA puluhan tahun yang lalu, saya dan beberapa orang kawan sering bertandang  kerumah seorang teman. Kami kesana bukannya pergi belajar seperti layaknya anak sekolah. Kami datang kerumah teman itu karena Bapaknya suka bercerita. Dan yang lebih menyenangkan lagi kami yang pendengar cerita itu disuguhi makanan-makanan enak seperti mie rebus dan camilan lainnya.
Bapak teman kami itu tidak pernah kehabisan cerita. Ada-ada saja ceritanya. Dan ia tidak pernah mengulang cerita yang sama. Dan kadangkala kami datang seperti mendengarkan cerita bersambung.
Materi dari ceritanya rata-rata (katanya) pengalamannya ketika perjuangan kemerdekaan dan juga ketika ia turut berperan aktif menumpas pemberontakan PRRI. Saya masih ingat salah satu dari ceritanya itu adalah pengalamannya merebut sebuah bukit yang di duduki pemberontak PRRI seorang diri.
Dia datang ke bukit itu dengan mengendarai Motor fit (Sejenis Harley davitson. Bangkai motor itu masih ada di bawah rumah panggungnya). Dari atas bukit puluhan pemberontak memberondongnya dengan tembakan gencar. Meskipun begitu ia tetap melaju dengan gerakan zig-zag kebukit itu. Ketika sampai di dinding bukit dengan tangkas ia menyadarkan motornya pada dinding bukit kemudian ia merayap memanjat bukit itu. Melihat keberaniannya ini, pemberontak yang bertahan di sana pada lari ketakutan meninggalkan posisinya.
Masih banyak lagi cerita serunya. Seorang teman mengomentari, kalau cerita bapaknya si Azim itu dijadikan film, mungkin lebih seru dari film-film barat yang dibingangi Roger More (Bintang film barat yang terkenal saat itu)
Dalam pergaulan sehari-hari kita sering menjumpai orang  pintar bercerita ini. Kadangkala orang menyebutnya pembual, karena orang tidak yakin dengan apa yang diceritakanya. Tetangga saya seorang buruh, hampir setiap malam datang ke Pos Ronda dan sering bercerita tentang pengalamannya  berkelahi dengan sesama buruh dan juga preman. Seluruh preman-preman yang terkenal di Pekanbaru ini sudah pernah dikalahkannya dalam perkelahian. Dalam perkelahian yang ia ceritakan, ia selalu menghadapi keroyokan 4 sampai 5 orang. Secara detail ia menggambarkan gerakan-gerakan dalam perkelahian itu. Dan ia selalu menang dan yang mengeroyoknya kalah babak belur.
Namun tetangga saya ini nasibnya tidak baik, pada akhirnya pengunjung Pos Ronda tidak mau lagi mendengar ceritanya. Pasalnya ketika ada konflik  dengan orang luar yang mencoba mengganggu kampung kami, beberapa orang bergegas  memanggilnya untuk menghadapi pengacau itu. Namun diluar dugaan ia lari dan menghilang. Tidak sesuai dengan yang selama ini diceritakannya. Akhirnya ia dapat gelar Akak Pasar Lengang. (Jagoan di tempat yang sepi)
Dalam khasanah sastra dunia kita mengenal juga pendongeng seperti disebutkan diatas. Seorang remaja Jerman yang berasal dari keluarga berantakan  tertangkap karena mencopet. Di dalam Penjara ia rutin bercerita kepada siapa saja yang mendengarnya. Tentang petualangannya di Benua Amerika yang baru diketemukan. Dia yang belum pernah keluar dari tempat kelahirannya itu. Namun  menceritakan petualangannya bekelahi dengan para penjahat dan orang-orang Indian serta binatang-binatang buas di benua baru itu. Senjata andalannya adalah senapan pembunuh beruang. Begitu pintar ia bercerita sehingga kalau malam hari tiba, para penghuni sel berkumpul mendengar ceritanya.
Semua yang mendengarkan cerita itu tahu, bahwa certia petualangannya itu omong kosong saja. Ia begitu muda, miskin, mana mungkin pergi ke Amerika dan berpetualang. Namun karena cerita mengasikkan, orang rela mendengarkan ceritanya.
Pada suatu malam, kawan satu selnya berkata padanya. “Kalau cerita kamu itu kamu tuliskan, pasti akan banyak yang menyukainya” Pemuda itu termenung mendengar saran teman satu selnya itu. Berhari-hari ia memikirkan. Kemudian ia mulai menulis cerita. Nantinya pemuda ini sangat dikenal di seluruh Dunia dengan cerita petualangannya. Saya juga termasuk penggemar ceritanya itu. Dialah DR. Karl May. Dengan tokoh ceritanya Old Shaterhand. Winetou suku Apache. Dan yang lain-lainnya. Dalam riwayat hidupnya dituliskan, kelak ketika ia sudah banyak mendapat uang dari buku-bukunya ia baru mengadakan perjalanan seperti napak tilas, tempat-tempat ia berpetualang seperti imajinasinya itu.

Sayang, Bapak teman saya yang saya ceritakan diatas, demikian juga Buruh tetangga saya, tidak ada yang menyarankan pada mereka untuk menuliskan ceritanya. Kalau ada mungkin cerita-cerita mereka bisa dinikamti oleh generasi ke generasi sekarang ini

CHARLIE HEBDO DAN STRATEGI PEMASARAN

Tahun 80-an ketika film layar lebar masih berjaya, ada film Indonesia yang dibintangi artis terkenal mendapat sorotan dari masyarakat karena dianggap menayangkan adengan sex yang vulgar. Karena sorotan ini film ini terpaksa tayangannya di bioskop-bioskop maupun di misbar  (gerimis bubar) ditunda.
Namun setelah film itu di bolehkan untuk diputar, apa yang terjadi. Film ini betul-betul full house. Baik bioskop maupun misbar penuh sesak oleh penonton. Di Pekanbaru saja ada satu bioskop yang memutar film itu satu minggu penuh dengan penonton yang membludak. Kesimpulannya, karena disorot tidak senonoh, maka publik ingin melihatnya. Meskipun penonton banyak yang kecewa, “tidak ada apa-apanya”
Inilah yang terjadi dengan koran  humor Perancis Charlie Hebdo. Koran yang sudah terbit mulai 1970 ini adalah koran humor biasa-biasa saja. oplahnya juga biasa-biasa saja ditengah persaingan media cetak yang keras. Dan kualitas kartunnya juga tidak istimewa. Boleh dikatakan mingguan yang tidak begitu dilirik.
Pada 2006, mingguan ini  menerbitkan kartun Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya gambar ini pernah diterbitkan di Denmark dan memicu protes dari umat Islam seluruh dunia. Nah disinilah mulai koran ini menemukan strateginya. Dengan menuai protes umat islam seluruh dunia oplahnya naik sangat drastis. Yang semula oplahnya paling tinggi hanya 55 ribu menjadi sampai jutaan. Dan ini mencapai puncaknya ketika majalah ini pernah membuat berang umat islam dengan lagi-lagi menjadikan nabi Muhammad sebagai bahan kartunya.  Kantornya di serang dan  di bom(Tidak ada korban).Karena kekerasan ini Oplahnya menembus 5,5 juta. Fantastis. Bayangkan berapa keuntungan mereka. Jadi makin banyak yang marak oplah makin naik.
Mereka bukan hanya mengolok-olok kan umat islam, tapi juga agama lain. Namun ini tidak menaikkan oplah. Sebab umat non islam tidak sesensitif umat islam. Lagi pula di Eropa banyak yang islamfobia. Dan ini pasar yang potensial. Maka jadilah umat islam yang menjadi bahan kartun mereka.
Kartun terakhir mereka yang mengolok-olokkan umat islam adalah gambar angota ISIS yang sedang memenggal nabi Muhammad. Kali ini yang mereka terima tidak hanya protes dan kecaman, tapi penyerangan yang berbuah kematian bagi petinggi-petinggi koran itu. Kalau masih terbit  setelah kejadian  maut ini, mungkin oplahnya tembus sepuluh jutaan. Suatu strategi pemasaran yang sangat jitu. Dan mereka menuai simpati seluruh Eropa.Sekitar satu juta orang turun ke jalan kota Paris memberikan simpati, mengutuk terorisme.
Tidak etis memang, mencari keuntungan dengan merusak hati  umat islam. Semoga saja di akhirat sana mereka  dapat memikirkan strategi pemasaran  yang lebih jitu dan tidak melukai perasaan sekelompok orang.


SETELAH CHARLIE HEBDO DISERANG

(Kebebasan pers atau kebebasan menghujat dan menghina?)
Sekelompok orang bersenjata menyerang surat kabar mingguan humor Charlie Hebdo di Perancis sana. 12 orang tewas  termasuk pemimpin redaksi dan kartunisnya. Siapapun penyerangnya apakah mereka Al-qaidah atau ISIS, tidak penting lagi. Sang penyerang adalah beragama Islam. Seperti di duga. Seluruh dunia termasuk pemerintah Indonesia mengecam penyerangan ini.
Surat kabar Charlie Hebdo ini punya ciri khas, selalu berisi penghinaan. Aspek yang biasa mereka hina seperti dunia perpolitikan, budaya, dan agama. Agama islam adalah agama yang sering  mereka olok-olokkan. Pada September 2012. Mereka membuat kartun Nabi Muhammad SAW yang sedang telanjang. Oktober lalu, Charlie Hebdo kembali beraksi menyerang Islam. Kali ini yang mereka gambarkan, yakni ISIS. Di gambar katun mereka terlihat ISIS sedang memanggal kepala Nabi Muhammad SAW. Seperti yang diketahui laman 'Time', pemerintah setempat sebenarnya sudah melakukan protes. Namun, protes ini diabaikan Charlie Hebdo.
Charlie Hebdo sesungguhnya sudah pernah menjadi sorotan dunia. Bahkan, sebelum penyerangan pada Rabu lalu.
 Pada 2006, surat kabar ini pernah menerbitkan kartun Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya gambar ini pernah diterbitkan di Denmark dan memicu protes dari umat Islam seluruh dunia.
Dua kelompok Islam  telah menggugat halaman yang disajikan surat kabar itu. Namun, gugatan ini dibiarkan begitu saja. Pada 2011, sehari setelah mengumumkan akan ada edisi khusus Nabi Muhammad SAW, kantor mereka pun dibom. Tidak ada yang terluka dalam serangan itu. Namun, koran itu terpaksa meningkatkan keamanan dengan dilengkapi pengawal.
Nah sekarang koran itu di Bom lagi, korban berjatuhan. Umat islam yang merasa terhina selama ini sudah menempuh berbagai cara melalui gugatan dan jalur hukum. Hasilnya tidak ada. Dan rupanya diluar dugaan ada sekelompok orang islam bereaksi dengan ekstrim. Memang tidak bisa dibenarkan. Namun wajarkah hanya penyerang saja yang dikecam tidak beradab?  Tidak kah kita harus mengecam juga lembaga yang menangani gugatan orang islam selama ini? Apakah sama kebebasan pers dengan kebebasan menghina, menghujat dan mengolok-olok satu kelompok?
Mudah-mudahan kejadian yang menelan korban ini menjadi momentum bagi berbagai pihak untuk intropeksi. Satu kelompok walaupun dianggap golongan minoritas dan lemah, namun kalau terus-terusan dihina dan diolok-olokkan akhirnya bereaksi dengan cara yang tidak diduga. Bagi pengecam dan pengutuk kejadian ini hendaknya juga mengecam sikap yang selalu merendahkan dan mengolok-olokan kelompok lain. Selama dunia  ini tidak berimbang dan tidak adil, kejadian ini akan terulang kembali.


I AM LUCKY TO BE A TEACHER



Dalam suatu pelatihan guru, seorang nara sumber yang sudah berembel-embel DR. Mengatakan, bahwa dia dulu menjadi guru karena terpaksa saja. Masuk kejurusan apa saja diperguruan tinggi ia tidak lulus, akhirnya masuk IKIP baru dia lulus. Kemudian setelah tamat ia berusaha untuk melamar kerja selain guru, lagi-lagi hasilnya nol. Akhirnya dengan terpaksa ia menjadi guru.




Cerita ini mendapat tanggapan yang senada dari peserta lain, rupanya banyak dari mereka menjadi guru karena terpaksa karena tidak kompeten. Dan akhirnya menjadi guru. Seorang peserta di samping saya menyikut saya “ How about you Sir?”
I  am not  in the same boat with them”, respon saya setengah berbisik, “ I am lucky, I was falling in love with my job  as the teacher at the first day I was appointed” ( Saya beruntung karena saya jatuh cinta pada pekerjaan saya pada hari pertama saya  diangkat menjadi guru)
Rata-rata para guru yang sering mengatakan terpaksa menjadi guru karena kompetensi akademisnya rendah, adalah mereka yang tidak bangga menjadi guru . Karena  tidak bangga sebagai guru, maka mereka tidak menghayati pekerjaan guru.  Dan mereka menjalankan tugas asal-asalan saja.  Dari kelompok inilah yang selalu muncul keluhan-keluhan bahwa pekerjaan menjadi guru adalah pekerjaan yang paling berat di dunia. Mereka tidak mau mengerti dan mempelajari untuk apa harus membuat RPP. Mereka tidak mengerti dan tidak mau berusaha mengerti tentang sistem  penilaian. Mereka kalau ditunjukkan suatu pendekatan, mereka akan mengeritiknya. “Untuk apa kami dipaksa-paksa harus menggunakan metode ini dan itu. Mengajar ya mengajar yang penting anak-anak mengerti.  Berikan kebebasan kami mengajar, jangan diatur-atur. Untuk apa membuat persiapan mengajar secara tertulis, langkah-langkah pemebelajaran sudah ada di sini” (sambil menunjuk kepalanya).


Memang banyak mereka yang berpropesi sebagai guru,  cita-cita awal masa remajanya tidak menjadi guru. Namun  sebagian dari mereka tidak bangga mengatakan itu kepada semua orang apalagi kepada murid sendiri. Meskipun tidak bercita-cita jadi guru, disebabkan sesuatu hal mereka menjadi guru. Tetapi setelah menjadi guru mereka  tidak menyesalinya,  mereka berketetapan hati untuk menjadi guru sebagai profesi dan ladang pengabdiannya. Meraka mempelajari seluk-beluk dinamika kerja guru. Mereka mencermati dan mempelajari karakter anak, perbedaan diantara mereka dan bagaimana menangani permasalah mereka dan bagaimana menghadapi serta memanfaatkan perbedaaan diantara siswa ini. Demikian juga masalah penilaian, mereka mempelajari seluk beluk penilaian, sehingga nantinya tergambar pencapaiaan siswa. Mereka mencoba mengkaji pendekatan pembelajaran dan bagaimana penerapannya secara efektif pada murid mereka. Mereka selalu berpikir bagaimana meningkatkan prestasi siswa mereka.


Dari kelompok inilah nantinya muncul guru yang juga menjadi Instruktur, guru inti atau yang dikenal sekarang Instruktur nasional. Dari mereka jugalah nantinya muncul guru, kepala sekolah berprestasi. Dan mereka juga memunculkan karya tulis ilmiah berbentuk artikel  pendidikan, laporan penelitian tindakan kelas dan tindakan sekolah; best practice dsb. Dari binaan mereka juga terlahir siswa yang berperstasi dan cemerlang.  Yang mereka hasilkan adalah prestasi tidak keluh kesah yang tujuannya untuk dibelas kasihani.

Nah sambil memperingati hari guru ini saya menghimbau kawan sesama guru, terutama yang katanya terlanjur menjadi guru; yang tidak bercita-cita jadi guru, marilah kita tekuni profesi kita dengan serius. Sebagai PNS kita sampai pada point of no return. Nikmatilah pekerjaan sebagai guru dengan sering mengatakan, I like to be a teacher; my hobby is teaching; I love my students; teaching makes me happy. Semoga profesi guru mendatangkan kebahagian buat kita dunia dan akhirat, amin.

SEKULERISME?

Berita minggu ini yang banyak dapat komentar adalah tentang mentri dalam negeri yang akan merevisi blanko KTP, dimana kolom agama akan dihapus atau dikosongkan dengan alasan mengantisipasi mereka yang agamanya lain dari  yang sudah ada atau kepercayaan lain yang ada di Indonesia ini. Namun banyak pula yang mencurigai langkah mentri dalam negeri ini merupakan agenda tersembunyi untuk menerapkan paham sekularisme di Indonesia.
Sekularisme merupakan sebuah ideology yang pada mulanya berkembang di dunia Barat dan menyebar hampir ke seluruh penjuru Dunia tak terkecuali dunia islam. Paham ini mempunyai tujuan yaitu memisahkan antara hak Tuhan dengan hak Manusia atau memisahkan antara urusan Manusia dengan urusan Tuhan.
Pada paham sekuler Sistem politik, pemerintahan  dan kemasyarakatan serta pendidikan  tidak boleh dicampuri oleh agama. Manusia tidak boleh meletakkan doktrin atau kitab-kitab agama sebagai pegangan karena ia akan membutakan kehidupan manusia. Manusia mestilah berpegang kepada kajian sains, eksperimen sehingga menemukan hal-hal yang baru. Nilai baik dan buruk ditentukan oleh akal manusia bukannya teks agama. Bagi mereka nilai baik dan buruk adalah relatif  dan agama menyempitkan konsep nilai baik dan buruk.
Sekulerism adalah sebuah konsep yang memisahkan antara negara dan agama . Yaitu, bahwa negara merupakan lembaga yang mengurusi tatatanan hidup yang bersifat duniawi dan tidak ada hubungannya dengan yang berbau akhirat, sedangkan agama adalah lembaga yang hanya mengatur hubungan manusia dengan hal-hal yang bersifat metafisis dan bersifat spiritual, seperti hubungan manusia dengan tuhan.
Sejarah munculnya sekularisme sebenarnya merupakan bentuk kekecewaan  masyarakat Eropa kepada agama kristen saat itu abad 15 an. Di mana kristen beberapa abad lamanya menenggelamkan dunia barat ke dalam periode yang kita kenal sebagai the dark age.
Pada saat Eropa mengalami the dark age, kristen yang sudah melembaga  saat itu menguasai semua ranah kehidupan masyarakat Eropa. Politik, ekonomi, pendidikan dan semuanya tanpa terkecuali yang dikenal denga istilah ecclesiastical jurisdiction (hukum Gereja). Semua hal yang berasal dari luar kitab suci Injil dianggap salah.
Negara yang berpenduduk mayoritas islam  yang pertama mengumumkan menganut sekulerisme adalah Turki dibawah pimpinan  Kamal Artaturk pada abad ke-20. Bagaimana dengan Indonesia?
Negara indonesia berlandaskan pancasila. Sila pertama adalah “Ketuhanan yang maha esa”  Sila pertama ini saja sudah menunjukkan bahwa agama adalah landasan negara kita. Berarti  Indonesia tidak negara sekuler. Namun apakah Indonesia mengakui semua agama? Ketuhanan yang maha esa menunjukkan bahwa agama yang diakui adalah yang monotheisme saja, tidak agama yang polytheisme.

Pak Cahyo Kumolo sebagai kader PDIP seharusnya menyadari bahwa PDIP  adalah  warisan Bung Karno. Bung Karno adalah berpaham nasionalisme bukan sekularisme. Bung Karno adalah penggali pancasila. Jadi hendaknya sang mentri jangan membawa paham-paham  yang bertentangan dengan Pancasila

PEROBAHAN MINDSET PADA KURIKULUM 2013(2)

Dalam setiap kali pelatihan implementasi kurikulum 2013 terhadap guru-guru saya selalu mengatakan bahwa nasib kurikulum 2013 ini tergantung kepada guru. Sebagus apapun konsep kurikulum baru ini,  akan gagal kalau guru tidak melaksanakan  seperti apa yang diharapkan oleh pemerintah. Maka salah satu materi penting dalam pelatihan kurikulum 2013 adalah perobahan mindset.
Salah satu penekanan dari perobahan mindset kur 2013 adalah mengenai pembelajaran di kelas. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 ini pembelajaran tidak berbasis kecerdasan, tapi pembelajaran berbasis kreatifitas.
Dyers, J.H. et al [2011], Innovators DNA, Harvard Business Review, mengatakan 2/3 dari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan, 1/3 sisanya berasal dari genetik atau diturunkan. Kebalikannya berlaku untuk kemampuan kecerdasan yaitu: 1/3 dari pendidikan, 2/3 sisanya dari genetik. Lebih jauh pakar ini mengatakan pendidikan berperanan besar untuk membuat seorang anak kreatif atau tidak. Melalui pendidikan kreatifitas dapat berkembang sampai 200 %. Berbeda dengan kecerdasan yang  2/3 adalah diturunkan dan melalui pendidikan tidak berkembang secara significant. Paling tinggi perkembangannya hanya 50 %.
Berdasarkan inteligensia, pada setiap kelas ada 3 kelompok anak, yaitu fast students (anak cerdas), average students ( siswa berkemampuan rata-rata) dan slow students (siswa yang lambat berpikir). Pembelajaran disekolah kita selama ini memanjakan siswa golongan cerdas. Ia selalu dipuji-puji  dan di anak emaskan oleh guru. Sebaliknya siswa golongan slow students menjadi anak tiri, sering dimarahi. Diantara slow students ini ada juga yang rajin dan tekun belajar. Namun serajin apapun dia, ia tidak dapat menyamai prestasi siswa golongan fast students pada pembelajaran berbasis kecerdasan. Sehingga di sekolah yang dapat rangking setiap semester atau setiap tahun itu ke itu juga siswanya. Ironisnya, dalam menempuh kehidupan siswa golongan cerdas ini banyak yang gagal secara finansial. Sebaliknya siswa yang tidak tergolong siswa cerdas semasa sekolah banyak yang sukses dalam kehidupannya.
Dengan pembelajaran berbasis kreatifitas  diharapkan siswa yang tergolong average dan slow students dapat berkembang secara maksimal. Pembelajaran berbasis kreatifitas akan melahirkan  siswa yang kreatif dan trampil berpikir dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, pada dasarnya hidup kita ini terdiri dari masalah-masalah.
Persoalannya sekarang, bagaimana mengawal guru-guru yang melaksanakan kurikulum 2013 ini benar-benar mengajar dengan konsep yang diharapkan, tidak lagi kembali seperti yang dulu yang  hanya mengutamakan aspek pengetahuan dan kecerdasan.


PEROBAHAN MINDSET PADA KURIKULUM 2013

4+4+4+4+4+4= ....  Berapa hasilnya? Seorang mahasiswa membantu adiknya mengerjakan PR. Dia menunjukkan proses pada adiknya sebagai berikut 4+4+4+4+4+4= 4 x 6 = 24. Namun di luar perkiraannya, oleh guru kelas II SD tempat adiknya bersekolah jawabannya salah. Yang betul adalah 4+4+4+4+4+4= 6x4 =24. Bagi orang awam ini aneh, hasilnya sama, tapi salah. Sang abang meradang mengeluh di media sosial. Muncullah berbagai tanggapan, termasuk dari dosen-dosen dan para pakar matematika. Tambah seru Bapak Yohannes Surya pun ikut menanggapi, tambah seru lagi dua professor sempat berdebat masalah soal matematika kelas 2 SD yang sepele ini.
Dan saya tergelitik pula untuk menanggapi dari kacamata kurikulum 2013.
Setiap kali pelatihan kurikulum 2013 untuk guru, materi pertama adalah perobahan mindset (pola pikir). Perobahan kurikulum itu yang pertama diminta adalah perobahan pola pikir guru. Kalau pola pikir guru tidak berobah, maka yakinlah nasib kurikulum yang sudah menghabiskan milyaran rupiah ini akan sama dengan kurikulum sebelumnya.
Dalam materi perobahan mindset ini dijelaskan bahwa pembelajaran kurikulum 2013 tidak lagi berbasis kecerdasan tapi berbasis kreatifitas. Hasil yang diharapkan  anak trampil berpikir untuk  menyelesaikanmasalah dalam kehidupannya. Untuk menghasilkan anak yang kreatif, maka pendekatan yang diwajibkan adalah pendekatan scientifik.
Salah satu yang harus dilakukan guru agar anak berprilaku kreatif adalah memberi tugas yang tidak memiliki satu jawaban yang benar.Mentolerir jawaban yang nyeleneh. Pembelajaran menekankan pada proses bukan hasil. Soal matematika untuk SD itu bisa saja seperti ini  6 + ...= 11 atau ... x 3 = .... Bisa juga ... + ... = ....
Satu hal lagi yang perlu diingat pada kurikulum 2013 tidak hanya mementingkan pengetahuan, tapi menyatukan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Di SD porsi pembentukan sikap lebih besar dari pengetahuan dan keterampilan.
Untuk melaksanakan kurikulum 2013 di kelas seorang guru harus sudah pernah mengikuti pelatiahan implementasi kurikulum 2013 selama 52 Jam pelajaran, yang materi pertamanya adalah perobahan mindset.

Kejadian PR siswa kelas 2 SD yang disebutkan di atas menunjukan belum ada perobahan mindset pada guru. Dan ini seharusnya harus dipantau agar kurikulum yang filosofi dan tujuannya sangat mulia dan menghabiskan dana yang tidak sedikit ini akan menjadi sia-sia karena tidak diikuti oleh pola pikir guru. 

SEJARAH

Dalam suatu diskusi yang informal, seorang teman pernah mengeluhkan bahwa pelajaran disekolah kita sekarang ini sudah terlalu banyak, dan menurutnya harus dikurangi. Salah satu  yang pelajaran yang tidak perlu itu adalah sejarah.
Memang banyak para kalangan yang menganggap pelajaran sejarah itu tidak penting, karena bayak yang menganggap sejarah  hanya kumpulan cerita, tanpa mendalami makna yang terkandung dalam pelajaran sejarah.
Kalau menurut guru sejarah, manfaat belajar sejarah salah satunya agar kita menghargai jasa pahlawan. Benar juga, kalau para koruptor belajar sejarah dan mengetahui bagai mana generasi 45 yang ikut (Dari data lebih banyak yang tidak ikut dari yang ikut) merebut kemerdekaan ini mempertaruhkan nyawa agar kita bisa hidup makmur seperti sekarang ini, tentu mereka akan berpikir-pikir untuk merampok negara ini hanya untuk  kesenangan pribadi.
Disamping itu dengan belajar sejarah kita bisa juga mengingatkan bangsa-bangsa yang karena kesalahan masalalu mereka terjadi lah bencana saat sekarang ini. Contohnya rakyat kerajaan Inggris. Mereka itu kalau ketemu dengan kita-kita Asia ini asik betul mengajarkan tentang hak azazi manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Seolah mereka bangsa yang jauh lebih bersih dan beradab dari kita.
Faktanya dari sejarah, banyak penderitaan sekarang ini pangkal balanya adalah orang Inggris. Setiap hari kita mengikuti berita bagaimana bangsa palestina dibantai oleh mesin-mesin perang Israil. Siapa yang harus bertanggungjawab? Jawabnya adalah Inggris, karena merekalah memfasilitasi berdirinya negara Israil sekarang ini. Enak saja dia memfasilitasi berdiri negara di daerah orang lain. Memang pada awalnya Palestina itu dibagi dua. Setengah untuk orang yahudi setengah untuk orang Arab. Tapi dari awal ia sudah mempersenjatai orang Yahudi. Sedangkan orang Arab selalu di razia senjata-senjata mereka. Dan berikutnya ia membiarkan Yahudi yang bersenjata ini mengusir orang Palestina tanpa dibolehkan membawa harta mereka. Maka kalau kita belajar sejarah tidak berlebihan kalau mengatakan Israil adalah negara perampok dan teroris.
Sekarang dengan terjadi pembantaian  ini mereka bungkam seperti orang yang tidak bersalah saja. dan di depan kita mereka berlagak seolah-olah mereka jauh lebih beradab dari kita. Seharusnya kita yang mengajar mereka tentang HAM dan  rasa tanggungjawab.

 Banyak lagi fakta-fakta sejarah yang menunjukkan penderitaan dan bencana kemanusiaan sekarang ini disebabkan oleh bangsa barat terutama Inggris

GAZA (2)

Selesai gencatan senajata 72 Jam, Israil kembali melancar serangan udara ke Gaza. Rupanya keturunan korban Nazi Jerman yang selamat itu belum puas dengan meluluh lantakkan rumah-rumah penduduk yang dibangun dengan susah payah. Mereka belum puas dengan jumlah korban yang mendekati dua ribu orang penduduk sipil, anak-anak dan wanita. Bagi mereka jumlah korban hanya angka-angka dan tidak mengimbas kepada rasa kemanusian. Mereka tidak peduli ratusan ribu penduduk yang luka-luka dan cacat seumur hidup. 60 Mesjid dihancurkan, sekolah, rumah sakit tidak peduli, hancur kan saja.
Israil memanfaatkan betul hukum Internasional yang tidak berlaku padanya. Apapun yang diperbuat Israil PBB Tidak akan bisa berbuat apa-apa. Amerika negara besar dibawah kenadali Yahudi dengan terang-terangan mendukung pembantaian ini. Negara Arab entah karena tidak peduli atau mungkin karena tidak bernyali jangankan membantu, malah bersuara saja tidak berani. Inggris yang memfasilitasi berdirinya negara teroris ini diam seperti tidak bersalah saja.
Coba saja kalau ada negara lain, lebih-lebih negara yang berpenduduk islam berbuat seperseratus saja dari  kekejaman israil ini, pasti seluruh negara Eropa dan Amerika Serikat akan bersatu menyerbunya. Atau kepala negaranya sudah dicap sebagai  penjahat kemanusiaan atau penjahat perang.
Perancis, negara eropa yang selalu mengagung-agung kebebasan berbicara, sangat ketakutan kaum Yahudi murka pada mereka, maka  mereka menangkapi para demonstran untuk menunjukkan pada kaum Yahudi bahwa Perancis pro Israil. Begitu ketakutannya Negara Eropa pada kaum yahudi.

Nah, sekarang  apalagi, dunia hanya bisa menyaksikan dengan geram dan rasa kecut kesewenang-wenangan ini, sementara negara Eropa sudah takluk pada kalian dan negara-negara lain tak berdaya.  Kita mau berbuat apalagi, paling-paling berkata “ Hai Israil ,busungkan lah dada kalian karena memang kalian yang paling unggul sekarang ini. Biarlah bangsa Palestina diserahkan pada nasib saja.  Tidak akan  ada yang berdaya menolong.

GAZA, PENGORBANAN DEMI HARGA DIRI

Gaza, sepotong tanah Palestina seluas 360 kilometer persegi yang tersisa yang belum terampas oleh negara terorist Israil. Apa yang terjadi di Gaza? Ketika umat islam diberbagai belahan dunia berbahagia menyambut hari kemenangan idul fitri, mereka berduka, meratapi sanak saudara mereka yang tewas dan rumah-rumah mereka yang tinggal reruntuhan dihantam bom-bom dan serangan Tank Israil yang sama dengan manusianya seperti mesin tidak punya perasaan dan hati nurani.
Gaza, di tanah inilah pelanggaran hak azazi manusia dipertontonkan secara telanjang, tanpa malu-malu. Disinilah peperangan yang sangat tidak seimbang menjadi bahan tontonan yang mengerikan. Remaja-remaja yang hanya bersenjata batu dihadapi oleh tentara Israil dengan senapan mesin. Roket yang kekuatannya hanya lebih sedikit dari mercon yang digunakan anak-anak menyambut lebaran dibalas dengan hantaman pesawat tempur yang super canggih buatan negara boneka zionist,  Amerika serikat
Sepintas lalu banyak orang bertanya, mengapa Hamas melakukan perlawanan seperti itu, yang secara logika tidak dapat dimenangkan. Tidak mungkin batu bisa melawan senjata berat. Tak mungkin mercon yang direkayasa akan melawan pesawat tempur dan rudal-rudal canggih.
Jawabannya, demi harga diri. Hampir setiap hari zionis Israil membunuh orang Palestina, tanpa merasa bersalah. Mereka membunuh rakyat Palestina seperti mebunuh kelinci-kelinci yang berkeliaran bebas saja, tanpa merasa bersalah, tanpa terikat oleh hukum sama seperti yang dilakukan Tentara nazi dulu terhadap nenek dan kakek mereka. Masih segar dalam ingatan kita media masa memperlihatkan bagaimana remaja Palestina pulang main bola kaki, berjalan pulang mendekat pos penjagaan tentara teroris itu. Dengan enteng para teroris di pos itu menghadiahinya delapan peluru menembus remaja yang tak berdosa itu.
Yang terakhir, entah siapa pelakunya 3 remaja Israil diculik dan dibunuh. Pemerintah Israil menuduh pelakunya Hamas. Padahal kejadian ini di tepi barat, bukan di gaza sarang Hamas. Hamas sudah membantah. Tapi apa yang terjadi seperti hukum rimba saja, seorang remaja Palestina ditangkap disiksa dan dipaksa meminum bensin kemudian dibakar hidup-hidup. Adakah yang lebih keji dari perbuatan ini?

Bangsa palestina yang masih punya haraga diri, hamas membalas dengan serangan roket. Maka terjadilah peperangan yang tidak seimbang seperti ini. Sia-sia atau bunuh dirikah kelompok Hamas? Tidak.  Meskipun korbannya sangat banyak sudah menembus diatas seribu orang tapi pesannya sampai kepada Israil dan seluruh negara arab yang telah kehilangan nyali, bahwa lain kali harus berhitung untuk berbuat semena-mena, kepada yang lemah karena sekali dia melawan susah juga untuk menghadapinya.

BBM... HARUS NAIK...NAIK...NAIK

“BBM harus naik,... presiden SBY Harus segera menaikkan BBM sebelum pemerintahan baru dilantik,... Jokowi harus menaikkan harga BBM jika tidak ingin melihat Indonesia ini ambruk,” begitulah antara lain teriakan-teriakan mereka yang menamakan dirinya  pengamat atau para  pakar  ekonomi. Dengan bangga dan bahagianya mereka ini menyatakan semua ini seolah-olah mereka orang terpintar di Indonesia ini. Teriakan-teriakan ini hampir setiap hari kita tonton di media televisi.
Mungkin saja mereka ini menganggap Presiden sekarang dan bakal presiden yang akan datang, dibawah mereka tingkat berfikirnya sehingga mereka perlu memberi tahu, agar Indonesia ini tidak runtuh.Dan kalau usul mereka diterima, tentu dengan bangga mereka akanmenepuk dada bahwa mereka berhasil menyelamatkan negara ini, untung Indonesia punya rakyat seperti mereka.

Namun ada yang mereka lupa, seseorang itu naik menjadi presiden karena kelebihan cara berpkirnya dari rakyat kebanyakan. Kalau solusi  suatu masalah hanya dengan menaikkan harga saja, itu bukan solusi yang jitu. Tidak perlu seseorang itu bergelar akademis betul untuk mendapatkan jalan keluar seperti itu. Jebolan SD saja pasti bisa. Seorang pemimpin seperti presiden, apa lagi di Indonesia yang penduduknya banyak yang merasa pintar ini tentu punya solusi yang ampuh untuk menyelesaikan masalah. Mungkin jalan keluarnya sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh kita. Karena ia punya kelebihan jauh dari kita. Jadi tidak perlu teriak-teriak  di televisi memberi tahunya apa yang harus ia lakukan. Ia punya banyak pemikir yang ahli dari kita. Biarkanlah ia bekerja dengan teamnya.

BBM DAN UJI KECERDASAN PRESIDEN

Apa berita yang yang hangat terakhir ini di media masa? Tidak lain dari kelangkaan BBM dan antrian panjang kenderaan untuk  mendapatkan BBM. Di media Televisi kita melihat pula para pakar dan pengamat dengan bangga  menawarkan solusi bagaimana untuk mengatasi kelangkaan BBM ini. Dan mereka nampak yakin bahwa solusi yang mereka tawarkan adalah solusi yang sangat jitu. Namun semua solusi itu sama, “Menaik kan harga”.  Termasuk juga dari bakal wakil presisen Jusup Kalla. Tidak ada solusi selain dari itu. Berarti para pakar, bakal wakil presiden pola berpikirnya standar saja, naikkan harga, tidak ada yang lain, solusi yang sebenarnya tidak memerlukan keakhlian,  masyarakat biasa pun bisa memikirkannya.
Yang kita tunggu sebenarnya solusi yang cerdas yang berbeda dengan pemikiran orang kebanyakan. Kita beranggapan para pakar, para pemimpin dalam hal ini presiden dengan teamnya  punya solusi yang levelnya lebih tinggi dari rakyat kebanyakan. Sebab mereka orang yang mumpuni yang seharusnya  mempunyai tingkat berpikir yang lenih dari orang masayarakat biasa.

Kita tunggu saja, bagaimana presiden kita, apakah mereka lebih cerdas dari kita, sehingga mendapatkan solusi yang mungkin bagi rakyat kebanyakan tidak terpikirkan. Sehingga rakyat tidak terbebani. Atau kalau mereka juga tidak menemukan solusi yang lebih berkualitas dari rakyat biasa, setidak-tidaknya ia melelang jabatan untuk posisi yang bisa menyelesaikan masalah kelangkaan BBM ini. 

SIAPA YANG MAU DIBENCI DAN DIMARAHI RAKYAT?

Dua hari terakhir ini kita melihat di media masa baik cetak maupun televisi, pertemuan Pak SBY dengan bakal Presiden kita Jokowi. Entah panik, atau mungkin karena kurang nalar bakal Presiden Jakowi meminta Pak SBY menaikkan harga BBM. Saya sempat terpana dan merasa ada keganjilan.
Menaikkan harga BBM adalah suatu keputusan yang paling dibenci dan yang membuat rakyat kecil (Umumnya pemilih Jokwi) menderita. Siapa pun presiden pasti dengan hati yang berat dan sangat terpaksa yang akan melakukannya, apa lagi dengan sistem pemilu lansung sekarang ini. Dan ini diminta pada SBY yang akan berakhir masa jabatannya untuk melakukannya. Secara logika sebodoh-bodoh presiden tidak akan mau mengambil resiko ini, apalagi Pak SBY pada akhir masa jabatannya.
Kita tidak tahu apa perasaan pak SBY ketika mendengar permintaan ini. Mungkin dia juga heran. Ini kan sama saja dengan meminta pak SBY untuk bersedia pada akhir masa jabatannya dimarahi, dimaki-maki dan dihujat oleh hampir 50 persen penduduk Indonesia. Siapa saja secara normal pasti menginginkan mengakhiri masa tugasnya dengan hati yang senang dan ingin dielu-elukan oleh rakyat yang telah dipimpinnya.
Tidakkah ini terpikir oleh yang terhormat Pak Jokowi? Seharusnya dia mengumpulkan pantolan-pantolan PDI P yang selama ini dengan gigih menolak setiap ada opsi menaikkan harga BBM. Saya senang mendengar alasan Muruar Sirait (Maaf kalau salah menulis namanya), Diah Pitaloka, kenapa PDI-P menolak kenaikan BBM. Dan mereka memberi alasan, yang menurut saya waktu itu alasan yang jitu dan masuk akal. Atau kenapa Pak Jokowi tidak mengumumkan saja kepada khalayak ramai, siapa yang bisa memberi masukan berupa opsi selain kenaikan BBM akan diangkat menjadi mentri perminyakan di kabinetnya nanti (Lelang jabatan mentri).

Saya yakin jika Pak Jokowi menaikkan harga BBM, yang paling kecewa adalah rakyat kecil pendukungnya. Tolong Pak Jokowi jangan dikecewakan mereka, pasti ada opsi lain, mintalah pendapat pada pakar-pakar yang ada PDI-P. Selamat berpikir Pak!  Jangan  ganggu lagi Pak SBY, biarkan ia mengakhiri jabatannya dengan tersenyum dan melambaikan tangannya pada rakyat yang mencintainya.

PARA PENGHUJAT PERHATIKAN RAMBU-RAMBU

Indonesia ini memang sorga, sorga bagi siapa saja, juga bagi para penghujat yang suka memaki-maki dengan bahasa yang kotor, meleceh dan menghina orang lain. Wadahnyanya media sosial seperti internet. Coba lihat ketika menjelang pilpres bagaimana sekelompok orang dengan bebas  memaki, menghina dan menghujat kedua pasangan Prabowo maupun Jakowi. Dengan kecanggihan tekhnologinya mereka ini juga bisa merekayasa gambar untuk merendahkan pihak yang sedang bertarung.
Sekarang, lihat saja di beberapa media sosial betapa bebasnya orang menghujat dan menghina gubernur seolah-olah pejabat yang direndahkan itu berbeda jauh dibawah mereka. Padahal orang yang mereka hujat itu tidak pernah bersentuhan dengan mereka.
Untuk ini kita tidak bisa menyalahkan media sosial. Media sosial banyak manfaatnya. Termasuk saya sendiri senang menulis di “note” tentang catatan perjalanan dan pendapat pribadi saya. Demikian juga pada status saya senang memberikan kata-kata motivasi yang mungkin berguna bagi orang lain. Dan saya juga senang membaca komentar-komentar dari pembaca lain. Dan rata-rata komentarnya  menyenangkan  menambah akrab sesama manusia. Tapi pernah juga ada komentar yang miring dan menyakitkan. Saya ingin tahu siapa orangnya. Pada statusnya hanya gambar anak kecil. Setelah diselidiki rupanya seorang tenaga kebersihan di kantor kami yang telah dipecat. Saya sempat heran juga, sebab ketika bekerja di kantor kami, saya boleh dikatakan tidak pernah berhubungan dengannya. Jadi saya merasa tidak pernah pula menyakiti hatinya. Dari pada jengkel akhirnya saya putuskan saja pertemanannya. Beres dia tidak lagi bisa memberi komentar.
Dari pengamatan saya, para penghujat ini memang karena dari sononya mentalnya tidak baik. Dalam kehidupan sehari-jarinya sudah terbiasa menggunakan kata kasar. Jenis penghujat yang berikutnya adalah orang yang tidak tahu diri.
Kita berdiskusi dalam group dengan pembaca lainya dengan beradu argumen tentang suatu masalah. Kemudian tiba-tiba dia nimbrung dengan hujatan dan makian pada  yang tidak sependapat dengannya. Seharusnya dia tahu diri, kalau levelnya belum bisa beragumen, seharusnya dia menahan diri untuk ikut nimbrung. Sebaiknya mereka bersahut-sahutan dengan orang selevel  yang tidak bisa beragumen dan kelasnya  hanya memaki dan menghujat  saja. Biasanya kalau para penghujat ini sudah ikut-ikutan, saya menarik diri tidak lagi mengjukan argumen.
Nah sekarang dengan adanya kasus Florence di Jokya dan entah siapa lagi penghujat yang di Bandung, mulailah para penghujat berhati-hati, dari pada nanti nangis-nangis minta maaf di depan umum. Sebaiknya dari sekarang mulai belajar untuk tidak menyakiti orang dan menggunakan kata-kata yang santun. To make people happy is a noble endevour. Membuat orang senang, bahagia adalah pekerjaan mulia.



KEPALA DAERAH DIPILIH LANSUNG ATAU MELALUI DPRD?

Hari-hari terakhir minggu ini topik diskusi yang paling hangat adalah masalah kepala daerah, apakah dipilih lansung seperti sekarang ini atau kembali kezaman sebelum reformasi, yaitu dipilih oleh anggota DPR di daerah.
Pada note kali ini saya meresume diskusi group Pekanbaru Metropolitan di face book tanggal 12 September 2014. Meskipun diskusinya panjang dan bertele-tele karena ada beberapa peserta yang tidak nyambung dan ada pula yang sempat memaki dengan mengatakan bodoh dan sebagainya, namun intinya ada yang setuju Kepala Daerah dipilih oleh DPR dan ada pula yang tidak setuju, mereka lebih suka Kepala Daerah dipilih lansung sperti sekarang.
Mereka yang tidak setuju Kepala Daerah (KD) dipilih oleh DPR dan bukan pemililan lansung  mengajukan argumen sebagai berikut :
Yang membedakan zaman orba dengan reformasi adalah partisipasi masyarakat dalam memilih kepala daerah, Zaman Orde baru kepala daerah di pilih oleh DPR, rakyat seakan-akan membeli kucing dalam karung mereka tidak tahu siapa yang akan memimpin. Dan sekarang zaman reformasi kepala daerah ditentukan sendiri oleh rakyat, kalau seandainya adanya penyogokan oleh calon kepala daerah maka yang disogok rakyat, tidak segelintir orang. Lebih jauh lagi, dengan pemilihan lansung mata rakyat terbuka untuk mempelajari tape of the record calon pemimpin. Jika KD dipilih DPR peluang KKN dan sogok-menyogok terbuka lebar lebar. Dan yang menikmatinya hanya segelintir  orang saja yaitu anggota DPR, rakyat hanya gigit jari. Dengan demikian kalau tidak pemilihan lansung berarti reformasi selama ini sudah gagal total, kita kembali lagi ke Zaman Orba.
Mereka yang setuju anggota DPR yang memilih KD mengatakan bahwa Indonesia menganut demokrasi pancasila, dalam demokrasi Pancasila pada sila ke-empat adalah “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikma kebijaksanaan dalam permusyawaratan Perwakilan” disini di tekankan perwakilan, perwakilan rakyat itu adalah anggota DPR. Lagi pula pemilihan lansung selama ini cendrung memecah belah rakyat. Setelah Pilkada sering diikuti  oleh kerusuhan antara pendukung yang kalah dan menang dan kadangkala memakan korban jiwa. Demikian juga kalau KD dipilih oleh anggota DPR pengawasan relatif lebih mudah, karena yang yang diawasi lebih sedikit dan KPK sudah memasang jerat yang rapat bagi yang mencoba untuk bermain-main. Dan yang paling menguntungkan, sistem perwakilan ini akan menghemat belanja negara sebanyak 50 trilliun. Suatu jumlah yang tidak sedikit.

Demikianlah resume dari diskusi group Pekanbaru Metropolitan. Saya sengaja tidak memasukkan pendapat saya, silakan pembaca saja yang memikirkan keuntungan dan kerugian kedua sistem itu bagi kebaikan masyarakat.